BNN Papua dan Dinas PPAD Dorong Pembangunan Panti Rehabilitasi Narkoba Khusus Anak
JAYAPURA, wartaplus.com - Badan Nasional Narkotika (BNN) Provinsi Papua dan Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (PPAD) setempat mendorong pembangunan panti rehabilitasi narkoba khusus anak di bumi cenderawasih.
Ini mengingat terus meningkatnya kasus penyalahgunaan narkotika dan obat obat terlarang (narkoba) di kalangan generasi muda Papua dalam hal ini usia sekolah (produktif)
Kepala BNN Papua, Brigjen Pol Jackson Lapalonga kepada wartawan di Jayapura, Jumat (3/7) menyebutkan, berdasarkan data yang dimiliki periode 2019 -2020, terdapat 168 anak anak usia sekolah yang tersandung permasalahan narkoba jenis ganja.
“Nah ini kan jumlah yang ditangkap. Bahkan ada yang menyerahkan diri atau melapor tapi di bawah umur. Sementara yang tidak melapor, jumlahnya biasanya lima kali lipat dari jumlah yang ada. Teori kita baik yang ada di Reskrim dan yang menangani kriminal itu, biasanya lima kali lipat. Dan inilah menjadi target kita,” ungkap Jackson
Dia mengaku, saat ini pihaknya tetap konsen untuk menyelamatkan generasi muda Papua yang tentu sasarannya adalah anak anak usia produktif/sekolah.
“Makanya kami ingin menggandeng semua stake holder, bersinergi, salah satunya dinas pendidikan yang punya basic anak-anak sekolah dan mempunyai program kesiswaan,” aku Jackson
“Saya sudah bertemu dengan Kapolda, Pangdam Cenderawasih, Muspida Kabupaten Kota untuk bisa mendorong membangun balai rehabilitasi terpadu anak,” akunya lagi.
Sinergitas
Menurut Jackson, permasalahan narkoba tidak bisa diselesaikan secara sendiri sendiri. Tapi perlu sinergi semua pihak yang berkompeten untuk penyelesaiannya
“Makanya kalau kita punya panti rehabilitasi khusus, kita bisa mengarahkan mereka (para pecandu) misalnya mereka mau jadi polisi atau mau jadi TNI. Jadi kita bisa didik dimulai di panti rehab itu, lalu kita bisa kerjasama dengan BLKI, jika ada yang punya minat bakat di dunia perbengkelan, atau minat di dunia seni . Dan mereka sudah ada dalam lingkungan tersebut. Jadi ini kita kerja keroyokan dengan semua pihak,” urainya
Dia mengibaratkan panti rehabilitasi ini sebagai sebuah bengkel untuk anak-anak, yang diperbaiki mulai dari kesehatannya,sehingga kelak bisa menjadi anak-anak yang memang diharapkan sebagai penerus generasi muda yang siap membangun Papua ke depan.
"Sama halnya dengan Dinas Pendidikan, selain berkepentingan dengan sekolah sekolah reguler, juga akan melakukan pengajaran di tempat tersebut. Karena mereka ini aset potensi yang terpendam. Jumlahnya ketika yang sudah disekolahkan di sekolah regular dengan anak-anak ganja putus sekolah, anak jalanan dan lain sebagainya, ini pasti jumlahnya lebih banyak dan ini menjadi kepentingan kita," jelas Jackson
Adapun anak anak yang tersangkut narkoba rata rata usia belasan (pelajar SMP, SMA, Mahasiswa) bahkan narkoba juga telah masuk ke sekolah dasar
"Mulai dari anak SD sudah ada yang memakai ganja, ada yang umur 7 tahun. Sedangkan untuk yang SMP itu sudah banyak sekali. Makanya pola saya juga selain kami yang berbicara masalah penyalahgunaan ganja ini, saya akan bawa ibu-ibu agar bicara bahwa ganja ini berbahaya," terangnya
Sekarang ini, lanjut Jackson, banyak yang menganggap ganja sebelah mata pada anak usia sekolah, padahal sangat berbahaya.
"Bahkan ada yang bisa mengajak ibu kandungnya bersetubuh sendiri karena dipengaruhi ganja Dan ini menjadi konsen kami dan stakeholder yang ada," kata Jackson.
Sementara itu terkait panti rehabilitasi khusus anak, memang belum ada di provinsi papua, sehingga akan terus di dorong untuk bisa segera direalisasikan.
"Karena kalau tidak, kasihan generasi Papua mendatang," ujar Jackson
Sambut Baik
Di tempat terpisah Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (PPAD) Papua, Christian Sohilait menyambut baik usulan pembangunan panti rehabilitasi anak terpadu.
"Kita sambut baik. Karena memang kita harus ada tempat semacam rehabilitasi narkoba khusus anak-anak sekolah. karena narkoba ini berbeda dengan kasus kriminal lainnya," ujar Christian
Dia mengaku, dalam pertemuan dengan BNN Papua beberapa waktu lalu, selain membahas tentang permasalahan narkoba di lingkungam sekolah, juga tentang MoU yang akan dilakukan setelah pandemi covid-19 berakhir
"Kita akan tingkatkan lagi kerja sama ini memang ada masukan kemarin yang disampaikan pertama bahwa guru guru dan semua anak sekolah kita tes urine massal dan saya setuju itu. Kita akan atur itu, tapi kita bikin kerjasamanya dulu," kata Christian.**