Umat Katolik di Tapal Batas RI-PNG Harus Jeli dan Kritis Menyikapi Perkembangan Sosial
JAYAPURA,wartaplus.com - Umat Katolik di Tapal Batas RI-PNG harus jeli dan kritis menyikapi perkembangan sosial. Ini dikatakan Pastor Paroki Gembala Baik Abepura, Pastor Barnabas Daryono, Pr usai pemberkatan renovasi Gereja Katolik Stasi Santo Petrus Koya Tengah, Minggu (2/8). Dalam sambutannya ia mengatakan, kapel ini berada di tapal batas RI-PNG,dengan adanya jembatan Merah, cukup berpengaruh pada perkembangan sosial ekonomi,bisnis.”
Umat yang ada di sini, jangan terlena,harus kritis dan bisa berbuat sesuatu atas perubahan ini. Sebab, umat saat ini dan akan datang sedang dan akan diperadapkan dengan berbagai tantangan yang sifatnya positif dan negatif. "Untuk itu, dibutuhkan kesetiaan dan ketaatan sebagai orang Katolik yang terus-menerus membangun kesadaran kehidupan menggereja,"ujarnya.
Pastor menambahkan pesan kepada umat bahwa ia meliat hampir semua umat di sini anak-anak Papua. Selain hidup menggereja,kata pastor dibutuhkan pembinaan anak, terutama pendidikan. "Anak-anak harus sekolah. Melalui sekolah,kalian bisa mengembangkan diri. Orangtua harus berperan. Jangan biarkan mereka tidak sekolah,sekolah itu penting," pesannya.
Sementara itu, Ketua Panitia Renovasi, Alfonaa Jumkon Wayap mengungkapkan melalui siaran persnya, gereja yang dibagun sejak 1995-2020(25 tahun lalu) secara swadaya umat. Dengan perkembangan umat yang terus berkembang. Daya tampung ruang gereja tidak mencukupi.
Renovasi kemudian dilakukan dengan adanya bantuan dana kampung sebesar Rp 1.96.300,000 (seratus sembilan puluh enam juta, tiga ratus ribu rupiah). "Dana itu dipergunakan dan habis untuk pelebaran sayap kiri dan kanan gereja. Tidak cukup untuk melengkapi isi dalam gereja. Kita masih membutuhkan seperti bangku berlutut dan perlengkapan lainnya,"ungkapnya.
Di tengah perjalanan renovasi, ada beberapa dermawan yang turut menyumbangkan material. Panitia mengucapkan trima kasih. Menyangkut dana kampung, diakui kepala Kampung Koya Tengah, Demianus Wenggo, memang dana yang diserahkan belum bisa memenuhi semua kebutuhan isi gereja.
"Saya mengajak umat melihat kembali visi Gereja yang mandiri dan visioner. Kita juga harus mandiri. Kita harus yakin dan optimis perlahan kita tetap konsisten untuk pengembangan gereja kita,"ujar Demianus.*