Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia Beserta Dosen Pembimbing Kunjungi Kampung Yoboi Serta Berikan Bantuan
JAYAPURA,wartaplus.com- Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) beserta dosen pembimbing mengunjungi serta memberikan bantuan buku dan alat tulis serta wireless kepada anak-anak dan warga di Kampung Yoboi, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (20/10/2021)pagi.
Para mahasiswa S2 UI itu di antaranya adalah Deden Habibi, Rachmat Gemelizar Debe, Bayu Nurpatria, Arsenius Aji dan Komjen Pol Drs Paulus Waterpauw serta Roma Megawanti Pasaribu yang didampingi Kepala Bidang Studi Pengkajian Ketahanan Nasional UI Dr Simon Laturambe.
Nama Komjen Pol Drs Paulus Waterpauw dan Roma Megawanti Pasaribu tercatat sebagai mahasiswa reguler aktif S2. Kedua nama ini bukan hal baru di Kampung Yoboi, karena selama menjadi Kapolda Papua dan Ketua Bhayangkari Daerah Papua sudah tiga kali menyambangi kampung wisata itu dan kali ini merupakan yang keempat.
Dr Simon Laturambe selaku dosen dari Universitas Indonesia menyampaikan terima kasih karena rombongannya mendapat sambutan yang hangat oleh warga Kampung Yoboi dengan iringan musik suling tambur.
"Terima kasih kepada bapak dan ibu semua, atas sambutannya dan kami bersyukur dapat berinteraksi langsung dengan bapak ibu warga Yoboi serta dapat melihat langsung destinasi wisata terbaik di Papua, kami sangat bangga," katanya membuka percakapan kunjungan tersebut.
Dirinya berharap kedatangan para mahasiswanya di Kampung Yoboi bisa memberikan dampak yang sangat baik untuk pembangunan kedepannya. "Harapan kami, kiranya dapat membantu. Apalagi saat ini kami didampingi oleh Pak Paulus Waterpauw untuk memajukan kampung ini lebih bagus lagi untuk perkembangan wisata nantinya,"kata Simon.
Sementara itu, Roma Megawanti Pasaribu mengaku kagum dan bangga dengan peran pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna di Kampung Yoboi yang bisa memberikan efek positif, yang dari awalnya hanya ingin meremajakan kampung, dengan cat warna-warni, kini malah menjadi kampung wisata.
"Satu hal yang menarik dari Kampung Yoboi ini adalah datang masyarakat terutama kaum mudanya, karena di masa-masa ini banyak yang tunggu dari program pemerintah atau uluran tangan dari luar. Tapi saya dengar dari historinya justeru datang dari Karang Tarunanya yang ingin mempercantik kampungnya,"katanya.
Berkaitan dengan mata kuliah di kampus UI, ungkap Roma bahwa ada pelajaran soal externalitas, baik sisi positif dan negatifnya. "Nah, kebetulan dari kampus ada pelajaran tentang ekonomi pembangunan berkelanjutan, disitu dijelaskan mengenai externalitas, ada positif dan negatif. Nah ini mungkin jadi contoh yang sangat faktual sekali, dimana warganya mengecat kampungnya,"ungkapnya.
Ternyata dari mengecat kampungnya ada dampak externalitas positifnya, dimana kampung ini akhirnya menjadi destinasi wisata, yang mungkin awalnya Karang Tarunanya tidak berpikir hingga kesitu.
"Jadi, mungkin tidak berpikir jauh kesana. Ternyata externalitas positifnya kampung ini menjadi tempat pariwisata dan berkembang dan semoga kita menyadari bahkan di banyak negara salah satu pendapatannya dari sektor pariwisatanya," katanya.
Disisi lain kata Roma, ada externalitas negatif yakni munculnya sampah yang terbawa oleh arus air danau atau angin. " Tadi saya usulkan kepada Bapak Kepala Kampung Yoboi Zefanya Walli agar ada waring atau jaring yang menyekat sampah tersebut. Termasuk imbauan buang sampah kepada pengunjung agar tetap menjaga kebersihan guna kenyamanan," tambah Roma.
Kepala Kampung Yoboi, Zefanya Walli mengapresiasi kunjungan dari mahasiswa dan dosen Pascasarjana UI di kampungnya. Karena sudah pasti kajian atau pun penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa itu bisa memberikan efek posting dalam mengkampanyekan Yoboi sebagai kampung wisata.
"Terima kasih kepada Bapak Simon Laturambe dan para mahasiswa dari Universitas Indonesia yang telah peduli berkunjung ke kampung ini sehingga kampung ini bisa menjadi kampung wisata,"katanya.
Bantuan buku alat tulis dan wireless yang diberikan oleh mahasiswa Pascasarjana UI itu diserahkan secara simbolis kepada kepala kampung, tokoh agama, pemuda dan perempuan serta anak-anak sekolah.
"Tadi kami serahkan speaker wireless yang bisa digunakan saat rapat kampung atau ibadah, kemudian ada buku tulis dan buku cerita tentang UI tentang pendidikan ketahanan nasional semacam buku saku,"tutupnya.
Untuk diketahui untuk menuju Kampung Yoboi, harus menyeberangi Danau Sentani dari Dermaga Khalkote. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk tiba di Kampung Yoboi. Selama perjalanan, kita akan disuguhi dengan luas Danau Sentani yang dikelilingi bukit-bukit hijau dan langit yang cerah Kampung Yoboi juga akan dikenal keberadaan pohon sagu yang berada di hutan seluas 1.600 hektare.
Di hutan ini terdapat lebih dari 20 jenis sagu, dan ini merupakan jenis sagu paling banyak di seluruh Indonesia. Wisatawan juga berkesempatan tracking wisata pohon sagu sepanjang 420 meter.
Selain keindahan alam, Kampung Yoboi juga akan dikenal kekayaan budaya. Seperti Festival Ulat Sagu, Festival Ela (berburu hewan hutan), Festival Danau Sentani, serta beragam tari-tarian. Salah satunya, Tarian Isosol (tarian di atas air menggunakan perahu).
Kampung Yoboi juga dikenal akan ragam produk ekonomi kreatif. Seperti papeda, es krim dari sagu, tepung sagu, sagu bakar, dan kue tradisional lainnya. Kampung Yoboi juga memiliki ragam batik Papua, kriya seperti tas dari anyaman daun sagu, kalung dan tirai dari buah sagu, taman gizi terapung.*