Hidup Manusia Adalah Kitab Terbuka, Yang Dapat Dibaca Setiap Orang Setiap Saat
Oleh: Morin Jenny, Member of Numberi Center
Tantangan nyata dewasa ini semakin kompleks dalam berbagai bidang kehidupan yaitu: (1) Teknologi informasi, (2) Telekomunikasi, dan (3) Transportasi yang sangat berpengaruh terhadap berbagai nilai dan wawasan masyarakat di Indonesia khususnya Tanah Papua (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat).
Tantangan mendasar yang dihadapi, antara lain:
- Sikap individualisme, yaitu menculnya kecenderungan mengutanakan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan bersama, hilangnya rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial, musyawarah mufakat dan kerja sama (gotong royong) yang tersingkirkan;
- Apresiasi generasi milenial dalam kelompok masyarakat adat, yaitu banyaknya generasi milenial yang sudah melupakan para pejuang dan jati diri budayanya karena dipengaruhi fenomena baru, yaitu lebih mengenal dan mengidolakan artis, bintang film dan pemain sepak bola asing yang ditiru dengan segala macam aksesorisnya termasuk mendewakan teknologi, sampai lupa alias tidak tahu Bahasa maupun budaya kampungnya.
Contoh: Banyak generasi milenial Papua di Pesisir yang tidak suka lagi makan papeda, sagu, ubi dll karena terpengaruh budaya makan nasi;
- Pandangan kritis terhadap ideologi negaranya, yaitu banyaknya generasi milenial masyarakat adat yang sudah acuh tak acuh terhadap ideologi atau falsafah negaranya. Mereka sudah tidak tertarik lagi untuk membahasnya bahkan lebih cenderung bersifat kritis dalam operasionalnya dengan cara membanding-bandingkan dengan ideologi lain yang dianggap lebih baik;
- Penganekaragaman masyarakat, yaitu munculnya kelompok-kelompok masyarakat dengan profesi tertentu yang terus berkompetisi dalam berbagai bidang kehidupan guna mencapai tingkat kesejahteraan yang bertaraf nasional bahkan internasional sehingga melupakan budaya dan tradisi baik maupun agamanya;
- Keterbukaan yang lebih tinggi, yaitu tuntutan masyarakat terhadap penyelenggara pemerintahan yang lebih mengedepankan pendekatan dialogis, demokratis, supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas, efektifitas, dan efisien serta pemerintahan lokal yang baik dan bersih (terhindar dari KKN).
Dalam mengelola organisasi sekecil apapun harus baik dan bersih (good and clean organization) karena takut akan Tuhan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Pola yang berkembang harus mewajibkan organisasi birokrasi di Tanah Papua yaitu melayani Tuhan terlebih dahulu, baru melayani sesama manusia. Sesuai falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup manusia Indonesia. Harus dihilangkan keinginan untuk dilayani daripada melayani.
Birokrasi yang ada di daerah sedapat mungkin harus menjauhkan diri dari penyakit “AIDSS” yaitu:
(1) Agkuh; (2) Iri; (3) Dendam; (4) Serakah; (5) SARA-Suku, Agama, Ras dan Antar golongan.
Dengan melihat kondisi yang dijelaskan diatas, pertanyaannya adalah: Bagaimana manusia Papua harus bersikap dalam hal membangun kebersamaan, kerukunan dan kekeluargaan diantara sesama Orang Asli Papua (OAP) maupun dengan masyarakat adat lainnya yang ada termasuk dengan pemerintah daerah setempat.
Moto yang harus dipakai dalam diri setiap OAP adalah Disiplin, Kejujuran dan Pengabdian (DKP), dengan penjelasan sebagai berikut:
- DISIPLIN adalah NAFASKU, karena tanpa disiplin organisasi manapun akan hancur bagi pemimpin maupun mereka yang dipimpin.
- KEJUJURAN adalah JIWAKU, karena tanpa kejujuran akan menghancurkan masyarakat yang dipimpinnya atau sebaliknya.
- PENGABDIAN adalah HIDUPKU, selama manusia hidup dia pasti mengabdi, pertama mengabdi kepada Tuhan Yesus Sebagai Kepala Gereja dari Umat Kristiani dan mengabdi kepada bangsa dan negara maupun masyarakat adatnya. Masyarakat adat yang ada di Tanah Papua harus mengabdi dalam arti melayani sesama untuk membesarkan dan menghidupkan kesejahteraan bersama supaya tetap exis di masa mendatang.
Moto yang ada didalam diri setiap OAP di Tanah Papua, adalah: DKP, seperti apa yang digambarkan diatas, yaitu:
- DISIPLIN adalah NAFASKU;
- KEJUJURAN adalah JIWAKU;
- PENGABDIAN adalah HIDUPKU.
Dengan demikian OAP tidak akan kehilangan jati dirinya karena terbangun oleh karakter yang berakar pada Disiplin, Kejujuran dan Pengabdian bagi masyarakat Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya, karena “HIDUP MANUSIA ADALAH KITAB TERBUKA YANG DAPAT DIBACA SETIAP ORANG SETIAP SAAT”.*