Bukti Keseriusan TNI Bantu Ungkap Kasus Teror Bom ke Kantor Redaksi JUBI
JAYAPURA, wartaplus.com - Upaya pihak TNI khususnya Kodam XVII/Cenderawasih untuk membantu mengungkap siapa pelaku pelemparan Bom Molotov pada 16 Oktober 2024 silam ke kantor Redaksi Media Jubi terus dilakukan sebagai bentuk keseriusan dalam mendukung penegakan hukum sekaligus wujud transparasi dari pihak TNI.
Sebagai wujud keseriusan pengusutan kasus ini, Kodam XVII/Cenderawasih membentuk Tim Investigasi terdiri dari Staf Intelijen, Pomdam dan Kumdam (Hukum Kodam) yang diharapkan membuat terang benderang tentang siapa pelakunya, khususnya dalam menanggapi adanya pemberitaan yang menuduh Prajurit TNI sebagai pelaku dalam kasus Bom Molotov di kantor Redaksi Jubi.
Beberapa saksi dari warga sipil yang selama ini disebut-sebut sebagai saksi kunci telah dimintai keterangannya.
"Tim Investigasi ini telah bekerja melakukan penelusuran atau investigasi terus menerus secara berkelanjutan agar tuduhan yang tidak mendasar semakin gamblang," tegas Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Candra Kurniawan, S.E.,M.M dalam rilis persnya, Rabu (29/01/2025).
Saksi Mencurigakan
Candra menerangkan beberapa kejanggalan dari keterangan saksi sebagai berikut:
1. Salah satu saksi mengakui belum pernah bertemu langsung dengan inisial "W" yang menurutnya adalah salah satu Pelaku. Namun Saksi mengakui hanya mengenal wajah "W" melalui Tiktok dan pernah melihat via Live di Tiktok.
2. Selanjutnya Tim Investigasi menghadapkan 4 orang Anggota berpakaian Preman tanpa tutup kepala dimana salah satunya adalah "W" untuk dikenali oleh Saksi. (Saksi berada dalam satu ruangan tertutup berkaca hitam, sementara 4 orang anggota berada di luar ruangan yang jarak dari Saksi sekitar 4 meter dibatasi kaca dan anggota tidak mengetahui bahwa ada orang di dalam ruangan ).
Namun Saksi tidak dapat menunjuk yang mana "W".
"Bagaimana mungkin Saksi bisa meyakini salah satu pelaku adalah "W" padahal saat kejadian kondisi gelap (dini hari), bahkan informasi yang beredar bahwa pelaku memakai Helm bermasker, dan jarak dari Saksi sekitar 110 meter," kata Chandra
3. Untuk memastikan kembali, Tim Investigasi sudah sepakat dengan salah satu Saksi bahwa permintaan keterangan dari Saksi masih akan berlanjut. Namun ternyata Saksi telah pergi meninggalkan Jayapura, sehingga perginya Saksi menimbulkan kecurigaan, ada apa sebenarnya dengan Saksi tersebut. Terlebih setelah beberapa keterangannya dalam BAP dapat dipastikan tidak benar. Kini Ia pun menghilang.
Lanjutkan Penelusuran
Meskipun demikian, Kapendam mengungkapkan bahwa Tim Investigasi akan terus melakukan penelusuran meskipun Saksi tersebut diperoleh informasi telah meninggalkan Jayapura.
"Jika benar informasi ini bahwa Saksi tersebut dengan cepat meninggalkan Jayapura. Maka sangat disesalkan, karena Tim Investigasi menjadikan ini sebagai atensi, khususnya merespon tuduhan-tuduhan yang sepihak," terang Candra.
"Sepatutnya demi membuat jelas transparan, seharusnya para Saksi tidak menghindar pergi agar integritas Saksi tetap terjaga untuk memastikan bahwa Saksi tidak dintervensi dan tidak ada rekayasa kasus," kata Kapendam
Demikian pula, salah satu saksi yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual Miras (Minuman Keras) pun tidak luput dari investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi. Namun keterangan yang diperoleh pun menunjukkan inkosisten tidak seperti keterangan semula.
"Saksi tidak dapat meyakinkan mana para pelaku bahkan tidak mengenal para prajurit tersebut. Jadi keterangan Saksi sangat meragukan, sehingga dari sisi hukum pun tidak dapat dijadikan pijakan," kata Kolonel Candra.
"Kesaksian para Saksi meragukan karena seorang saksi harus benar-benar menyaksikan dengan benar pelaku dan kejadian. Saksi harus ada di tempat saat kejadian, Saksi harus melihat, mendengar dan menyaksikan dengan benar,"
"Berpedoman dari hasil ini, dihubungkan tetap menganut Asas Praduga Tak Bersalah, sehingga jangan terlalu dini menjustice apabila menyangkut Institusi," tandasnya.**