Pohon Natal: Aktivasi Ingatan Kita tentang Kondisi Dunia Hari Ini
“…kehidupan rohani tidak terpisah dari diri kita sendiri, atau dari alam, atau dari realitas dunia ini, tetapi justru dihayati bersamanya dan didalamnya, dalam persekutuan yang mengelilingi kita.” Pertobatan Ekologis, Ensiklik Laudato Si, no: 216.
Oleh: Karl Karoluz Wagab Meak
FOTO pilihan harian Kompas pada rubrik Jendela yang diterbitkan hari Kamis 17 Desember menarik hati saya. Rubrik hari itu menampilkan enam foto. Salah satu yang berbeda dari keenam foto itu adalah foto pohon natal yang dijepret oleh pewarta foto Kompas, Bahana Patria Gupta.
Foto pohon natal setinggi 3.5 meter dengan diameter 1.8 meter itu diambil di Gereja Katolik Kristus Raja, gereja yang kini telah berumur 80 tahun di Kota Surabaya.
Dari foto itu terlihat, warna-warni pernak-pernik tidak seperti biasanya. Kali ini, dekorasi pernak-pernik yang tergantung di pohon natal itu adalah warna-warni berbagai jenis masker dan hand sanitizer.
Dalam keterangan foto itu ditulis: “Pohon natal ini dibuat untuk mengingatkan umat bahwa pandemi belum berakhir dan mengingatkan agar patuh pada protokol kesehatan.”
Pagi itu, foto tersebut membuat saya teringat dengan sebuah pohon natal serupa namun tak sama di tahun lalu. Tahun lalu, di Gereja Katolik Gembala Baik, Abepura, Jayapura, satu pohon natal menjulang tinggi berbahan dasar botol plastik. Pohon tersebut terbalut, berhiaskan warna-warni gemerlap lampu. Walaupun sederhana, pohon itu terlihat menawan, juga bermakna.
Replika pohon natal berbahan dasar plastik itu mengimplisitkan bahwa gereja menyadari kerusakan lingkungan yang dihadapi oleh dunia dan berusaha mengajak umatnya untuk terus mendorong adanya pertobatan ekologis.
Ketika pertama kali melihat pohon itu, imajinasi spontan saya pun melayang: “Wah, rupanya Yesus yang akan lahir adalah seorang pemulung sampah. Dia datang kedunia untuk mengajak dan membebaskan manusia dari belenggu sampah plastik yang sudah tidak terkendali lagi. Ia datang membawa pesan sederhana: mari, buanglah sampah pada tempatnya.”
Pohon natal dengan tema atau konteks tertentu dapat memberikan ruang kontemplasi, menumbuhkan imajinasi spritual serta refleksi bagi umat akan realitas sosial.
Saat ini, pohon natal bukan sekedar ornamen pelengkap natal. Ia telah menjadi sarana dalam mengaktivasi pikiran dan ingatan kita tentang kondisi dunia. Semakin banyak replikasi pohon natal tentang keadaan dunia, semakin menunjukan kepedulian kita akan dunia yang lebih baik.
Seperti sebuah pohon natal lain yang dipajang di Waena. Pohon natal itu terlihat tanpa daun, hanya sebuah dahan kering menjulang lalu dilingkari lampu natal. Ini adalah salah satu pohon natal favorit saya.
Tak ada pesan secara eksplisit, namun secara implisit, membuat kita mengingat kembali hutan kita akhir-akhir ini yang menjadi salah satu isu kerusakan lingkungan (hutan) di Indonesia.Hutan kita perlahan namun pasti tidak akan pernah hijau lagi. Pohon-pohon menjulang tinggi namun tidak ada daun hijau yang terlihat lagi. Apakah kita masih tetap memiliki ingin pohon natal yang hijau sedangkan hutan kita perlahan tak hijau lagi?
**
Setelah tanggal 17, atau pada Senin 21 Desember, foto Bahana Patria Gupta kembali muncul di harian Kompas melengkapi sebuah laporan berjudul: “Tenggang Rasa untuk Gereja”.
Satu sisi menarik dari pohon natal gereja Kristus Raja, ternyata pohon natal itu ikut dirangkai oleh Nur Kholis Saleh, ustad NU yang sering berkunjung ke gereja Kristus Raja.
Pohon natal ternyata bukan hanya pelengkap, hiruk-pikuk natal yang gemerlap, namun lebih dari itu, ia adalah sarana dalam menghadirkan dimensi hubungan manusia dengan sesamanya dan juga dengan alam semesta.
Wajah gereja yang toleran, kreatif dan kontekstual adalah ciri gereja yang mengakar dalam kehidupan dunia. Ia membawa umatnya menuju kehidupan yang lebih baik dalam segala dimensi.
Semoga tak ada lagi dahan-dahan pohon yang terluka, yang terpisah dari pohonnya hanya untuk perayaan natal. Semoga satu dari sepuluh pohon natal yang kita jumpai memberikan kita makna dalam merayakan natal. Dan semoga, dengan natal kita semakin terbuka dan toleran terhadap sesama dan alam semesta.
Selamat merayakan Natal!