MENU TUTUP

Papeda Labu Untuk Atasi Stunting di Papua

Kamis, 30 Januari 2025 | 08:51 WIB / Redaksi
Papeda Labu Untuk Atasi Stunting di Papua Merrit Waromi, saat menyajikan menu papeda labu (ANTARA/HO-Dokumen pribadi Merrit Waromi)

JAYAPURA,wartaplus.com - Pada Senin, 16 Desember 2024, anak-anak di Kota Jayapura, Papua, terlihat lahap menikmati papeda labu. Mereka menikmati sajian pangan lokal pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Jayapura.

Setiap suapan papeda labu seolah membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Tekstur papeda yang kenyal dan lembut di mulut memberikan sensasi yang menyenangkan, sementara rasa labu yang manis dan gurih memanjakan lidah mereka.

Di sela itu, mereka saling bercanda dan tertawa, sehingga menciptakan suasana yang hangat dan penuh keakraban. Bagi mereka, papeda labu bukan sekadar makanan, tetapi juga menjadi simbol sekaligus ajang untuk membangun kebersamaan dan kebahagiaan.

Indonesia memang terkenal dengan ragam kuliner yang kaya, termasuk dari sisi rempah atau jenis bumbu. Keragaman rasa, mulai dari pedas, asin, gurih, hingga manis, ditambah aroma rempah-rempah adalah warna dari kekayaan masakan Indonesia.

Dengan keragaman itu, maka pemerintah terus mendorong masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal, sesuai dengan potensi dan sumber daya dan kearifan lokal, sehingga menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Dengan kondisi alam yang luas dan subur, maka potensi pemanfaatan pangan lokal di negara kita sangat terbuka luas, termasuk untuk penyediaan pangan keluarga, tidak terkecuali untuk perbaikan gizi balita agar tidak mengalami stunting.

Salah satu daerah di Tanah Air yang terkenal dengan kuliner beragam adalah Papua. Menu lokal Papua tergantung daerah masing-masing, namun pada umumnya makanan khas Bumi Cenderawasih ini terbuat dari sagu, betatas (sejenis ubi jalar), dan singkong.

Dari sumber pangan lokal itu, kuliner khas Papua yang paling terkenal adalah papeda. Makanan khas provinsi paling timur Indonesia itu biasanya dibuat dari tepung sagu yang memiliki tekstur kenyal dan lengket.

Dari makanan jenis papeda, ada satu menu lokal Papua yang berasal dari Kepulauan Ambai, Kabupeten Kepulauan Yapen, yakni papeda labu atau dalam bahasa masyarakat setempat disebut "Kubaru".

Sebelumnya bagi sebagian masyarakat di Papua nama papeda labu atau "Kubaru" mungkin terasa asing di telinga karena menu khas masyarakat Kepulauan Ambai tersebut baru diketahui setelah diperkenalkan oleh Merrit Waromi, melalui media sosial berbasis video.

Merrit Waromi merupakan seorang konten kreator yang fokus pada pemanfaatan pangan lokal Papua. Sejak 2017 ia sudah mulai membuat konten video "Mace Papua".

Awal ketertarikan Merrit membuat konten video karena sering kali menonton konten kreator lain yang suka memasak, sehingga ia merasa ingin membuat satu konten yang hanya berfokus pada menu dari lokal Papua.

Papeda labu semakin dikenal masyarakat di Tanah Papua karena perempuan kelahiran Jayapura, 26 April 1993, ini berkolaborasi dengan salah satu influencer yang juga dari Papua, yakni Jeny Karay. Kini, papeda labu menjadi salah satu menu wajib bagi setiap pengunjung pada salah satu restoran dan menu tambahan bagi lansia di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Jeny Karay mengatakan konten papeda labu ini benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat. Lebih dari pada itu juga akan berdampak kepada generasi muda untuk mengonsumsi pangan lokal.

Dalam upaya mencegah stunting di Papua melalui pangan lokal, dirasa perlu adanya kolaborasi antara pemerintah daerah bersama influencer dalam menciptakan menu atau membahas program yang memanfaatkan pangan lokal.

Sebagai warga Papua, ia juga terus berupaya memberikan dampak positif kepada generasi muda melalui konten yang bermanfaat dan kreatif. Karena itu, Karay harus berbicara mengenai dampak dari pemanfaatan pangan lokal, khususnya bagi generasi muda.


Kampanye stunting

Kreativitas warga dalam mengolah pangan lokal, yakni sagu dan labu menjadi menu papeda labu, kemudian disebarluaskan kepada masyarakat lewat media sosial, mendapat perhatian dari Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Papua.

Kini, menu khas masyarakat Kepulauan Ambai itu menjadi salah satu bahan kampanye stunting dari BKKBN di empat provinsi, yakni Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan.

Kepala Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan/BKKBN Papua Sarles Brabar mengatakan mengonsumsi papeda labu sudah dilakukan secara rutin di Kabupaten Waropen sejak 2024, kemudian saat ini juga dikembangkan di kabupaten lain di Papua.

Bagi BKKN, papeda labu sudah terbukti mengandung gizi yang baik untuk menaikkan berat badan balita dan bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK). Selain itu, menu tersebut juga kini menjadi idola bagi anak-anak di Kabupaten Waropen, terutama dalam menaikkan gizi mereka.

BKKBN Papua, saat ini sudah menjalankan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dan papeda labu masuk dalam salah satu menu program prioritas BKKBN dalam upaya menurunkan kasus stunting.

Dengan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dilakukan di Papua, bisa juga memanfaatkan pangan lokal karena memiliki nilai gizi yang baik bagi balita, seperti papeda labu.

Pada 2025, BKKBN Papua terus mendorong supaya pangan lokal di daerah ini bisa diolah secara baik. Selain mudah mendapatkan sumber pangan lokal juga memberikan dampak ekonomi bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) setempat.

BKKBN Papua juga terus menyosialisasikan pemanfaatan pangan lokal untuk diolah menjadi makanan bergizi sebagai upaya pencegahan stunting di daerah itu.

Dengan demikian, maka pemanfaatan pangan lokal ini bisa diterapkan, tidak hanya di Kabupaten Waropen, tetapi juga di Mamberamo Tengah dan Merauke (Papua Selatan).

Hal yang masih menjadi perhatian terkait stunting di Papua adalah sosialisasi lima tematik stunting, yakni penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan calon pengantin, audit kasus stunting dan mini lokakarya.

Dengan memanfaatkan bahan dasar labu untuk diolah menjadi papeda, maka masih terbuka peluang lebih banyak lagi untuk membuat makanan khas di daerah itu dari bahasa dasar lainnya yang potensinya sangat besar. Semua elemen perlu terlibat dalam berinovasi di bidang makanan ini untuk menyiapkan generasi masa depan yang lebih baik.*

 


BACA JUGA

Diduga Bawa Dokumen Palsu ke MK, Pemohon Dipolisikan

Kamis, 30 Januari 2025 | 15:02 WIB

Dianggap Kabur dan Tidak Jelas, KPU Puncak Minta MK Tolak Permohonan Pemohon

Kamis, 30 Januari 2025 | 14:09 WIB

Mayjen Bosco Haryo Yunanto  Memberikan Bantuan Bola kepada Anak-Anak Papua

Kamis, 30 Januari 2025 | 11:48 WIB

Jelang Putusan MK Pilkada di Papua, JMS Ajak Masyarakat Hindari Provokasi Pihak tak Bertanggung Jawab

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:28 WIB
TERKINI

Satgas Damai Cartenz 2025 Gelar Kegiatan Interaktif di Yalimo, Fokuskan Kesehatan dan Komunikasi

9 Jam yang lalu

Ops Damai Cartenz 2025 Dukung Kesejahteraan Masyarakat Melalui Kegiatan Sosial di Yalimo

9 Jam yang lalu

Personel Ops Damai Cartenz Ajak Warga Yalimo Jaga Kesehatan dan Ciptakan Kedamaian

9 Jam yang lalu

Diduga Bawa Dokumen Palsu ke MK, Pemohon Dipolisikan

9 Jam yang lalu

Pieter Ell, Kuasa Hukum Yunus Wonda, Memukau dalam Sidang Sengketa Pilkada Kabupaten Jayapura

10 Jam yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com