Kerusakan Cagar Alam Cycloop Hingga 2000 Hektar
JAYAPURA,-Cagar Alam Cycloop dengan luas 31 ribu hektar lebih, 7-8 persen diantaranya mengalami kerusakan atau sebanyak 2.000 hektar lahan kritis, baik akibat perambahan maupun tidak berhutan.
Demikian hal ini terungkap dalam media gathering Festival Cyloop yang dilaksanakan di Grand Abe Hotel, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, Jumat pagi hingga sore.
"Berdasarkan data 2016, analisa dari 31 ribu hektar ada 7-8 persen yang rusak atau sekitar 2.000-an ribu yang dikatakan dikatakan lahan kritis. Lahan kritis ini termasuk perambahan dan tidak berhutan," kata Plh Kepala BBKSDA Provinsi Papua Askhari Dg Masikki yang merupakan salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut.
BBKSDA Papua, kata dia, akan melakukan rencana pemulihan ekosistem atau RPE atau rehabilitasi hutan dalam bentuk penanaman kembali pohon-pohon di Cagar Alam Cycloop. "Ini sekarang dokumennya sedang disiapkan oleh rekan-rekan di kantor, untuk pengendalian sistem hutan, ini adalah salah satu upaya kami untuk melindungi dan menjaga, serta melestarikan Cycloop," kata Askhari.
Dalam acara tersebut terungkap bahwa sejumlah kerusakan Cagar Alam Cycloop lebih karena ulah tangan manusia, mulai dari perambahan hutan, penebangan pohon untuk diambil arangnya hingga, sejumlah kawasaan yang dibuat untuk jalan dan perumahan, yang akhirnya berdampak pada kekurangan pasokan air PDAM yang bersumber dari Cycloop.
Termasuk bagimana perlindungan dan pelestarian alam serta hewan endemik seperti burung Cenderawasih yang banyak ditemukan dijual bebas dan mulai menjauh dari Cagar Alam Cycloop.
"Semua pihak, mulai dari instansi, komunitas hingga mama-mama yang sering sibuk di dapur sangat merasakan dampaknya soal kekurangan air. Ini akhirnya berpengaruh pada hal lainnya juga, yang sebenarnya dulu hal ini tidak terjadi karena Cycloop dijaga dan dilindungi, tapi belakang ini banyak dijamah oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab,"kata Daniel Toto, koordinator DAS Kabupaten Jayapura.
Daniel menegaskan bahwa hal yang paling utama yang dirasakan dari dampak kerusahan Cagar Alam Cycloop adalah krisis air yang belakangan ini terjadi di Kota dan Kabupaten Jayapura, sehingga hal ini seharusnya mulai digaungkan bahwa Cycloop dalam masalah besar dan harus segera ditangani, jangan sampai tunggu terjadi bencana seperti 2007.
"Saya minta untuk kita semua sampaikan lewat wartawan, media sosial dan lainnya bahwa Cycloop dalam keadaan bahaya. Kalau kita tidak tangani cepat, maka sanksi dari alam kita siap menerimanya," katanya.
Pada momentum itu, Daniel meminta agar pemberdayaan masyarakat adat tetap diperhatikan oleh pemerintah lewat instansi terkait, sebagai bentuk kepedulian dan perhatian untuk mengajak pemilik ulayat lebih giat lagi dalam keterlibatan menjaga Cagar Alam Cycloop yang menjadi 'mama' bagi warga di Ibu Kota Provinsi Papua dan sekitarnya.
"Masyarakat adat atau pemilik tempat harus diberikan ruang untuk mengelola SDA yang ada di Cycloop, tentunya dilakukan pendampingan sehingga bisa berdampak positif dan memberikan nilai tambah guna peningkatan kesejaherataan," kata Daniel Toto.
Penebangan Kayu
Sementara, John Moesieri wakil dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua mengakui bahwa perambahan Cagar Alam Cycloop pada hutan penyangga, khususnya penebangan kayu jenis tertentu seperti kayu Swang yang biasanya digunakan untuk tiang rumah berlabuh di pesisir pantai, kebanyakan diambil dan dibakar oleh oknum warga untuk jadikan arang dan dijual kepada pemilik warung makan.
"Pada 2015-2016, sebenarnya perambahan ini kami tekan dan banyak kayu arang yang kami sita. Tapi karena beberapa tahun belakangan ini kami di Dinas Kehutanan kekurangan operasional maka belum bisa mencegah kembali. Tapi pada akhir tahun ini kami sedang menyusun dokumen perencanaan pengelolaan kawasan penyangga Cagar Alam Cycloop, sehingga kita bisa tahu apa saja aksi dan yang akan dilakukan," kata John.
Sedangkan, Kasiter Korem 172/PWY Letkol Inf J Daniel P Manalu mewakili Danrem Kolonel Inf J Binsar P Sianipar mengatakan pihaknya siap membantu atau memback up polisi ataupun diajak untuk berkolaborasi oleh instanis terkait guna menjaga dan melestarikan Cagar Alam Cycloop, tentunya disesuaikan dengan tupoksi kerja dari institusi tersebut.
"Prinsipnya kami siap membantu. Karena menjaga dan melesatarikan Cycloop adalah tanggung jawab kita semua, bukan satu atau dua instansi ataupun dibebankan kepada masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat," katanya.
Dalam kegiatan itu hadir juga ketua dan perwakilan dari lima Dewan Adat Suku (DAS) Sentani, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Papua, Dinas Kehutanan, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, USAID-Lestari, dan unsur aparat keamanan dari TNI yang diwakili oleh staf Korem 172/PWY.
Kegiatan ini dipandu oleh aktivis lingkungan Yasminta Rhidian Wasaraka yang akrab disapa Dian yang juga sebagai koordinator tim creative Festival Cycloop. *