Menyelamatkan Bumi dan Ingatkan Publik Soal Pemanasan Global Lewat Pementasan Teater
JAYAPURA,-Global Warning atau pemanasan global yang semakin sulit dibendung menjadi satu ancaman serius bagi banyak negara dunia. Isu ini bila tak disikapi bijak maka beberapa tahun ke depan akan menjadi malapetaka karena berhubungan dengan kelangsungan hidup.
Papua sendiri diakui menjadi satu benteng terakhir keanekaragaman hayati dunia. Jika hutan Papua rusak atau tak terjaga maka suhu bumi akan semakin panas. Pemanasan global sendiri terjadi karena sinar matahari yang memancarkan cahayanya sampai menembus ke lapisan atmosfer sehingga menyebabkan sebuah radiasi yang gelombang nya akan diserap oleh gas rumah kaca sehingga menyebabkan sebuah gelombang terperangkap ke dalam sebuahh atmosfer bumi.
Penyebab pemanasan global lahir karena meningkatnya gas karbon monoksida dari kendaraan bermotor, lalu efek rumah kaca dimana panas matahari akan dipantulkan kembali ke bumi, luas atau cakupan hutan yang terus menurun akibat perambahan dan penebangan Ini ditambah dengan minimnya bentuk penanaman pohon termasuk beberapa faktor lainnya seperti boros mnggunakan listrik. Untuk Papua sendiri kondisi ini terbilang aman. Hutan di Papua masih bisa digunakan sebagai sumber oksigen termasuk tempat hidup satwa endemik, burung Cenderawasih.
Merespon ini, Earth Hour Jayapura memastikan akan menggelar agenda swicht off 2018 di Jayapura. Tujuannya adalah mengingatkan publik soal pemanasan global dan penyelamatan burung Cenderawasih.
"Earth hour ini lebih pada sebuah gerakan. Bagaimana mengingatkan masyarakat dari ancaman di atas. Dan setelah ini kami harap bisa menjadi gaya hidup. Hemat energi, hemat air dan lebih bijak menyikapi perubahan iklim," kata Koordinator Earth Hour Jayapura, Irwan Johan.
Kata Irwan jika tak ada perubahan jadwal, puncak acaranya akan dilakukan di Taman Imbi Sabtu (24/3) sore yang dimulai pukul 16.00 WIT hingga detik-detik mematikan lampu dan menyalakan pelita.
"Tujuan kami adalah bagaimana mematikan listrik selama 1 jam besok malam. Memang tidak semuanya tapi hanya icon dari kota atau icon tempat usaha. Misalnya lampu Jayapura City atau gedung negara, toh kalau malam tidak ada aktivitas berlebihan juga. Kita akan dinginkan bumi bersama-sama,"ujarnya kepada wartaplus.com, Jumat (23/3) pagi.
Hanya dari rencana awal yang digagas di halaman kantor gubernur Jayapura ternyata tak mendapat respon positif dengan alasan bukan hari kerja termasuk kebersihan.
"Ia kemarin kami tidak bisa menggunakan halaman kantor gubernur karena alasan itu, sayang sekali," ucap Irwan.
"Kami berencana kegiatan ini dilakukan di Taman Imbi dan akan dibuka Walikota Jayapura untuk mengajak masyarakat menumbuhkan gaya hidup yang lebih bijak terhadap isu lingkungan," imbuhnya. Dalam swicht off 2018 juga akan diramaikan dengan seni teater. Isunya soal Cenderawasih dan Pemanasan Global.
"Kami coba berpartisipasi ikut menyuarakan kondisi burung Cenderawasih saat ini, termasuk mengenai global warning," kata sutradara Teater Files Nature, Gamel. Pesan yang hendak disampaikan adalah terjadi perburuan, dibunuh, dijual dan dijadikan souvenir.
"Kami menggandeng teman-teman dari Sekolah Menulis Papua (SMP) untuk bermain teater dan ikut mengkampanyekan penyelamatan burung Cenderawasih,"ungkapnya. *