Jembatan Gantung di Agats Mulai Difungsikan, Warga: Kita Sudah Tidak Kena Lumpur
AGATS - Proyek jalan beton dan jembatan, yang di bangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Direktorat Bina Marga, kini sudah rampung dan telah dapat dilalui oleh warga Distrik Agats, ibukota Kabupaten Asmat, Papua
Salah satunya jembatan gantung dengan panjang 72 meter dan lebar 1,2 meter. Meski belum diresmikan namun mulai di lewati oleh masyarakat dari kampung Kaye, menuju kota Agats. Hal ini terlihat walau masih ada beberapa pekerjaan kecil yang sedang dikerjakan oleh pihak pengembang pekerjaan jalan beton dengan panjang jalan beton sepanjang 2,9 km dan lebar 4 meter, namun sudah dapat dilalui oleh warga masyarakat di kampung kaye termasuk sejumlah pegawai pemda asmat yang tiap hari melalui jembatan tersebut untuk pulang pergi kantor
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XVlll Jayapura, Osman Marbun, saat melakukan peninjauan ke jembatan gantung dan jalan beton yang berada di Distrik Agats Kabupaten Asmat Kamis (4/7) mengatakan, jembatan penghubung kampung suru menuju kampung kaye distrik Agats ini sudah dapat di gunakan oleh warga setempat, hal ini sebagai bentuk membuka isolasi daerah berlumpur untuk membangun kedua kampung tersebut
Dengan menggunakan motor listrik, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XVIII, Jayapura. Osman Marbun, bersama tim nya juga menunjau dan melihat pekerjaan jalan beton yang menghubungkan Rumah Sakit Daerah yang masih di bangun secara permanen oleh Pemda setempat
Di tambahkan Marbun, pada 2019 hingga 2020, Pihak Kementrian PUPR pada direktorat Bina Marga akan melanjutkan Pembangunan jalan beton sepanjang 16 Km, serta pembangunan 4 buah jembatan gantung dengan panjang total 330 meter yang akan dibangun pada beberapa distrik di Kabupaten Asmat,
" Pihak Kementerian PUPR, sejak tahun 2018 telah melakukan pembangunan fisik untuk masyarakat, hal ini agar rentang waktu dan jangkauan antar kampung, distrik untuk dapat dilalui dengan menyingkat jarak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat" jelas Marbun sebagaimana siaran pera yang diterima wartaplus.com, Senin (8/7).
Sementara itu salah seorang warga kampung kaye, ignasius, 32 tahun mengaku, dirinya dan masyarakat di kampung kiye sangat bangga dengan keberadaan jembatan gantung serta jalan beton. Mengingat selama ini dirinya harus menggunakan perahu untuk mengantar anaknya ke sekolah di kampung suru serta berbelanja di kota agats karna harus berjalan di lumpur di saat air kali kering atau air meti akibatnya harus bersusah payah dengan lumpur untuk dapat menyebrang ke kampung suru hingga lanjut ke kota agats.
"Bangun jembatan sudah bagus, kita sudah tidak menyebrang kali dengan kena lumpur kalo mau ke kota agats kalo kali air turun harus kena lumpur baru naik perahu " akunya senang
Hal yang sama juga diakui oleh ibu welmin sebagai ibu rumah tangga di kampung kiye pun merasa senang dengan adanya jembatan gantung dan jalan beton yang berada di atas rawa dan lumpur ini karna untuk menuju kota agats dirinya tinggal berjalan kaki dan naik motor listrik ke kota dan tidak lagi naik ojek perahu untuk ke kampung suru distrik agats.
Selain sering di gunakan untuk jembatan penyeberangan oleh warga masyarakat, jembatan gantung ini juga sering di gunakan sebagai tempat santai dan ber swafoto oleh warga agats bahkan dari luar agats lainnya, mengingat jembatan gantung ini juga baru pertama ada di kabupaten asmat dan letaknya pun sangat strategis hingga bisa menjadikan ikon pariwisata untuk Kabupaten Asmat.