MENU TUTUP

5.085 Warga Mengungsi dan 53 Orang Meninggal Akibat Konflik Nduga

Kamis, 25 Juli 2019 | 17:05 WIB / Andy
5.085 Warga Mengungsi dan 53 Orang Meninggal Akibat Konflik Nduga Sejumlah petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil dan anak-anak pengungsi di Wamena/ Istimewa.

JAYAPURA - Peristiwa penembakan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya terhadap belasan karyawan PT. Istaka Karya saat mengerjakan jalan trans papua pada Desember 2018 dan dilanjutkan dengan pengejaran terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata oleh aparat gabungan TNI/Polri menyebabkan ribuan masyarakat di 10 Distrik harus mengungsi agar terhindar dari konflik yang terjadi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga mencatat, hingga akhir Juni 2019 terdapat 5.085 orang mengungsi ke beberapa kabupaten terdekat.

“ Data terbaru yang saya terima dari petugas yang melakukan pendataan ada sekitar 5.085 orang mengungsi dari 10 distrik. Yakni Distrik Mependuma, Distrik Mugi, Distrik Yigi, Distrik Yal, Distrik Mbulmuyalma, Distrik Kagayem, Distrik Nirkuri, Distrik Inikgal, Distrik Mbua dan Distrik Dal,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga Innah Gwijangge saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (25/7) sore.

“ Tidak menutup kemungkinan pengungsi akan bertambah dari Yuguru karena adanya penembakan kemarin terhadap anggota TNI Usman Halembo,” sambungnya.

Dikatakan, ribuan orang yang mengungsi ini tersebar di beberapa lokasi, sebagian menuju ke distrik-distrik terdekat, sementara sebagiannya mengungsi ke kabupaten lain.

“ Jadi ribuan orang ini tidak mengungsi ke satu tempat, tapi mereka tersebar di beberapa lokasi. Ada yang mengungsi antar distrik, sementara lainnya lintas kabupaten. Ada yang mengungsi ke Distrik Paro, Distrik Koroptak, Distrik Yuguru dan Distrik Kiwayage. Sementara sebagian mengungsi lintas kabupaten menuju Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya dan Timika. Dan tidak menutup kemungkinan ada yang menuju Asmat melalui jalur laut,” ungkapnya.

Meski tersebar di beberapa lokasi pengungsian, namun kata Innah, pihaknya terus berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pengungsi walaupun belum maksimal.

“ Kita terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan kepada para pengungsi, khususnya ibu-ibu dan anak-anak. Penyakit yang kami temui sejauh ini di dominasi adalah Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) karena cuaca dingin,” imbuhnya.

Lebih lanjut Innah menyampaikan, dari data yang dihimpun tim kesehatan, terdapat 53 orang meninggal saat perjalanan maupun dalam pengungsian.

“ Dari data yang ada di kami sejak Juni 2018 hingga April 2019 ada 53 orag yang meninggal. Mereka ini yang kami layanai, sehingga bisa dicatat. Kalau soal 139 orang yang dinyatakan meninggal oleh tim solidaritas untuk Nduga itu kami belum tau karena tidak dilaporkan kepada kami,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa 53 orang yang meninggal ini bukan hanya di lokasi pengungsian, tetapi juga korban dari kelompok TPN OPM.

“ Yang meninggal ini bukan hanya yang ada di pengungsian, ada yang korban dari TPN OPM, ada yang dari aparat TNI/Polri. Artinya mereka meninggal saat konflik sedang terjadi,” bebernya.

Ia menambahkan, hingga saat ini Dinas Kesehatan Nduga terus melakukan pendataan dan pelayanan kesehatan terhadap ribuan warga yang berada di lokasi pengungsian.

“ Pelayanan kesehatan terus kami lakukan, terutama untuk ibu hamil, anak-anak dan ibu-ibu yang melahirkan. Ada beberapa ibu yang melahirkan saat perjalanan menuju lokasi pengungsian, ada yang bayinya selamat, ada juga yang tidak, sehingga saat tiba di lokasi pengungsian kami layani ibunya,” bebernya.

Disinggung soal bantuan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, Innah mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

“ Bulan Januari lalu ada tim gabungan kesehatan dari pemerintah provinsi Papua dengan kabupaten yang di bentuk dan melakukan pelayanan kesehatan di Distrik Mbua dan Dal, tapi setelah itu tidak dilanjutkan lagi,” akunya.

“ Setelah ada laporan dari tim solidaritas untuk Nduga terkait kematian pengungsi itu baru ada telepon dari kementrian maupun pemerintah provinsi untuk memberikan bantuan bagi para pengungsi,” tandasnya.


BACA JUGA

Kepala Suku Kamoro, Marianus Maknapeiku

Jangan Ada Provokasi Hindari Gesekan Sosial di Pilkada 2024

Minggu, 24 November 2024 | 21:15 WIB

Datang ke TPS Memberi Suara Dengan Suka Cita, Pdt Mauri: Sukseskan Pilkada Damai

Minggu, 24 November 2024 | 21:09 WIB

Kepala Suku Besar Paniai: Masyarakat Ujung Tombak Suksesi Pilkada 

Minggu, 24 November 2024 | 16:35 WIB

Kepala Suku Besar Mee Pago Imbau Warga Dukung Kamtibmas dan Sukseskan Pilkada

Minggu, 24 November 2024 | 06:01 WIB

Kampanye Akbar Dominggus Catue -Jumriati Dihadiri Ribuan Warga di Lapangan Merdeka Sarmi

Sabtu, 23 November 2024 | 20:19 WIB
TERKINI
Kepala Suku Kamoro, Marianus Maknapeiku

Jangan Ada Provokasi Hindari Gesekan Sosial di Pilkada 2024

3 Jam yang lalu

Datang ke TPS Memberi Suara Dengan Suka Cita, Pdt Mauri: Sukseskan Pilkada Damai

3 Jam yang lalu

Kepala Suku Besar Paniai: Masyarakat Ujung Tombak Suksesi Pilkada 

8 Jam yang lalu

Kepala Suku Besar Mee Pago Imbau Warga Dukung Kamtibmas dan Sukseskan Pilkada

18 Jam yang lalu

Kampanye Akbar Dominggus Catue -Jumriati Dihadiri Ribuan Warga di Lapangan Merdeka Sarmi

1 Hari yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com