Uskup Jayapura: Paskah Membangun Solidaritas Atasi Pandemi Corona
JAYAPURA,wartaplus.com - Paskah sebagai perayaan iman umat Kristiani akan kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut mengajak semua umat yang merayakan pesta iman ini, untuk tekun dan terus-menerus membangun dan memperkuat solidaritas atau kesetiakawanan antarumat Kristen dan antara umat Kristen dengan saudara-sudara beragama lain, guna mengatasi bahaya pandemi virus Covid-19 yang sedang melanda dunia.
Hal itu disampaikan Pemimpin Umat Katolik Keuskupan Jayapura, Uskup Leo Laba Ladjar,OFM ketika memimpin Misa Malam Paskah yang disiarkan live streaming dari Katedral Kristus Raja, Jayapura, Sabtu (11/4).
Uskup Leo mengatakan, pandemi virus Corona yang mengancam kehidupan umat manusia di seluruh dunia saat ini, secara tidak sadar telah membuat kita berada pada dua pandangan yang berbeda. Pandangan dan sikap pertama adalah negatif dimana Corona itu sendiri sangat menakutkan lantaran virus ini telah menyebabkan begitu banyak manusia meninggal dunia. Dan ini merupakan berita buruk yang membuat kita menjadi murung, waspada, gelisah, takut dan cemas.
Sikap kedua adalah positif yang menampakkan tanda harapan di tengah pandemi Corona yakni bahwa virus ini pada satu ketika akan hilang lenyap. Kita menjadi optimis - mampu mengalahkan virus ini dan pada waktunya kita mengalami sukacita.
Jadi, mengahadapi Covid-19, ada aspek menakutkan tetapi juga ada tanda-tanda yang mengembirakan.
Pandemi Corona membuat semua manusia tanpa kecuali menyadari bahwa, kita harus menyerahkan seluruh hidup kepada Allah – Tuhan yang Bangkit dan bersama-sama pula kita membangun persekutuan hidup dengan Allah. Di dalam persekutuan dengan Allah yang bangkit itulah, kita mengalami optimisme – harapan akan kehidupan yang lebih baik lagi.
Penyebaran virus Covid-19 telah membangunkan kesadaran kita bahwa, selama ini kita terlalu sibuk dengan dunia tanpa menyadari bahwa kita harus hidup bersama Allah dan menyembahNya.
Virus Covid-19 ini pun mengingatkan kepada kita bahwa manusia itu sungguh rapuh dan teknologi hasil rekayasa manusia secanggih apapun tidak menjamin keselamatan hidup manusia itu sendiri.
Pandemi Covid-19 yang mendunia akhirnya mengajak negara-negara yang selama ini bertikai untuk berhenti berperang, meletakkan senjata untuk selanjutnya bergandengan tangan, membangun solidaritas dan kerjasama mengatasi pandemi yang mematikan ini. Segala perjuangan yang egoistis dengan kekuatan senjata menjadi tidak bermanfaat. Di dalam situasi ini, semua pihak yang bertikai menyadari bahwa perang, perlombaan senjata dan perang ekonomi akan melemahkan umat manusia.
“Kini, umat manusia bangkit untuk bersatu, membangun kerjasama, membangun persekutuan dan kesetiakawanan untuk menghadapi permasalahan bersama. Semua permusuhan dilenyapkan untuk bersama-sama mengahadapi musuh bersama itu yakni Covid-19,” kata Uskup Leo.
Pada kesempatan itu, Uskup Leo juga mengajak segenap umat Kristiani di seluruh Tanah Papua agar berhenti bertikai dan berperilaku sesuai amanat Injil yakni Kabar Gembira yang telah diwartakan Yesus Kristus yang telah bangkit dari alam maut.
“Sering kita di Papua menyebut Papua sebagai Tanah Injil namun perilaku hidup kita sendiri seakan-akan tidak ada Yesus Kristus di Tanah Papua ini. Di Timika, masih juga ada perang. Beberapa waktu lalu, masih juga ada ceritera rasisme. Kristus yang telah bangkit mengajak kita semua untuk kembali membangun persudaraan sejati, membangun persekutuan untuk meraih kehidupan bersama yang damai. Kita bergandengan tangan berjuang untuk perdamaian. Kita harus saling membantu sebagai dampak dari Kebangkitan Yesus Kristus,” kata Uskup Leo Laba Ladjar,OFM.
Usai berkotbah, Uskup Leo Laba Ladjar,OFM yang didampingi Pastor Robby L.Tangdilintin,Pr yang adalah Pastor Paroki Kristus Raja, Jayapura memimpin upacara Janji Baptis dan perayaan Ekaristi Kudus.
Untuk diketahui, Keuskupan Jayapura didirikan oleh Takhta Suci Vatikan pada 15 November 1966 bersamaan dengan Keuskupan Agung Merauke dan Keuskupan Manokwari (Kini Keuskupan Manokwari-Sorong).
Wilayah Keuskupan Jayapura terbentang dari pantai utara lautan Pasifik ke selatan sampai dengan Pegunungan Bintang dan Pegunungan Jayawijaya. Di sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG); di sebelah barat bagian uata dengan sungai Memberamo; sedangkan ke selatan berbatasan dengan Kabupaten Puncakjaya. Luas wilayah 14.702.350 Km2.
Takhta Suci Vatikan mengangkat Leo Laba Ladjar,OFM menjadi Uskup Auksiler Jayapura pada 6 Desember 1993. Ditahbiskan menjadi Uskup pada 10 April 1994 dan memimpin Keuskupan Jayapura mulai 29 Agustus 1997.
Di Tanah Papua (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) terdapat lima wilayah keuskupan yakni Keuskupan Jayapura, Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Manokwari-Sorong, Keuskupan Agats dan Keuskupan Timika. Setiap keuskupan berstatus otonom, yang satu bukan cabang dari yang lain. Tetapi setiap keuskupan dipanggil untuk membangun persekutuan. Ikatan persekutuan dan kerjasama antarkeuskupan itu diwujudkan sebagai satu “Provinsi Gerejawi”.
Di tingkat nasional, persekutuan dan kerjasama antarkeuskupan diwujudkan dalam satu “Konferensi” yang dikenal sebagai Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Anggota KWI adalah uskup-uskup, bukan Keuskupan, karena itu KWI tidak dibagi dalam wilayah. Tidak ada semacam KWI Wilayah Papua. Ikatakan persekutuan paling luas sebagai satu Gereja Katolik diwujudkan dalam berbagai bentuk ungkapan kolegialitas antara para uskup se-dunia bersama uskup Roma. Di antara para uskup, uskup Roma menjadi “primus inter pares” maka dia jugalah menjadi kepala seluruh Gereja, wakil dan “tanda” kehadiran Yesus Kristus – Kepala Gereja universal yang tidak kelihatan.***