DAP Dua Kubu, Ketua MRP-PB: OAP Belum Bersatu Bicara Masalah Tanah Papua
MANOKWARI,wartaplus.com - Dewan Adat Papua (DAP) masih dua kubu di wilayah adat Provinsi Papua Barat, sehingga menyebabkan eksistensi orang asli Papua (OAP) sendiri belum bersatu untuk membicarakan tentang masalah tanah Papua. Apalagi dimasa berakhirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus (otsus).
“DAP di Papua Barat ada dua kubu, sehingga mana yang harus lembaga Majelis Rakyat Papua (MRP) percaya, namun saya sendiri selaku ketua MRP Papua Barat memilih tetap berada di wilayah adat Doberay dan Bomberay tanpa harus ke DAP, sehingga terlepas dari DAP versi Mayor dan DAP versi almarhum Jhon Warijo” kata Ketua MRP PB Maxsi Nelson Ahoren pasca lakukan kunjungan kerja reses MRP PB di wilayah adat Teluk Wondama, Selasa pekan lalu.
Menurut Ahoren, ditengah berakhirnya otsus pada 2021 semua orang asli Papua akan berlomba-lomba membahas tentang masa depan Papua, namun sesungguhnya sesama OAP masih saling menjatuhkan satu sama lain. Dengan demikian kepercayaan rakyat mau dibawa kemana dan siapa yang harus dipercayakan.
Oleh sebab itu, Ahoren menyankan kepada pemerintah untuk melihat persoalan dua DAP yang ada saat ini, sehingga jangan membingunkan rakyat Papua pada umumnya. Lebih lanjut, Ahoren mengatakan, jangankan DAP, tetapi Dewan Adat Suku (DAS) seperti di Ransiki sendiri ada dua versi. Bahkan rata-rata di tanah Papua masing-masing OAP saling membentuk organisasi adat Papua yang menyebabkan kepercayaan adat masih diragukan oleh sesama OAP.
Untuk itu, Ahoren menyarankan untuk sesama OAP, entah dia dari kalangan akademisi, politik, warga sipil, pejabat daerah, pejabat lembaga politik, ormas Papua dan sebagainya untuk bersatu dan membicarakan tentang masa depan Papua, namun jangan saling menjatuhkan.
Dia pun mengutarakan bahwa apabila sesama OAP saling menyerang dan menjatuhkan tanpa saling mendukung satu sama lain, maka OAP akan ditertawakan oleh orang lain di tanah Papua maupun luar tanah Papua. Oleh sebabnya selaku ketua MRP (Ahoren) mengajak OAP di Papua Barat dan Papua untuk melepas ego dan kembali bersatu membicarakan tentang masa depan Papua.*