Ini Proses Pengolahan Kopi Mulia Khas Puncak Jaya
MULIA, wartaplus.com - Kopi Mulia belakangan ini menjadi viral sebagai salah satu komoditas unggulan Puncak Jaya dengan aroma dan rasa khas tersendiri. Hal itulah yang merupakan alasan Kopi Mulia menjadi salah satu brand ambasador PON XX Papua, kendati ditunda tahun 2021 nanti. Pembudidayaan kopi Mulia adalah salah satu program unggulan Puncak Jaya guna menaikkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta menjadikan Kabupaten Puncak Jaya.
Ditemui di Balai Pengolahan Kopi Mulia di Dinas Lingkungan Hidup, Perkebunan dan Kehutanan Puncak Jaya, Sulbiah Salam, S.Hut, M. KP selaku Kabid perkebunan dan peternakan menunjukkan proses pengolahan kopi di hadapan awak media, Selasa (03/11) lalu.
Sulbiah mengatakan, program ini didukung sepenuhnya oleh Bupati Puncak Jaya, Yuni Wonda, S.Sos, S. IP, MM. Dirinya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah yang sudah mendukung serta membantu proses pendanaan untuk program pengembangan kopi asli Mulia.
"Hasil panen dari masyarakat dibeli langsung untuk dinas dan diolah menjadi kopi. Selain itu kami akan terus melakukan penyuluhan ke semua kelompok tani yang ada di Puncak Jaya mengenai cara penanaman, hingga panen tanaman kopi ini agar menghasilkan biji kopi kualitas terbaik," jelas Sulbiah.
Ia mengaku, persaingan produk kopi yang ditawarkan barista di kedai kopi, tidak semudah membalikkan tangan. Karena itu pihaknya akan terus berupaya untuk menjadikan program produksi kopi Mulia ini berjalan seperti harapan Pemerintah yakni sesuai dengan Visi Misi Bupati Puncak Jaya.
Penuhi Kebutuhan Pasar
Dilihat dari kapasitas produksi, pihaknya mengaku memiliki stok yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Kami juga melihat antusias masyarakat terkait pengembangan kebun Kopi Mulia yang berjenis Arabika ini sangatlah tinggi, ini terbukti dengan berhasilnya tim produksi menghasilkan bubuk kopi yang mencapai 800kg atau sudah 90% dari target 1 Ton dalam Tahun 2020 yang disiapkan untuk Pon XX," bebernya.
Setelah melakukan riset dan pelatihan ke Bandung pihaknya telah menerapkan pengolahan kopi sesuai standar. Secara garis besar dibenarkan proses dimulai dari biji kopi yang sudah dipanen, dijemur hingga benar-benar kering. Tahap kedua ialah penggorengan/sangrai yaitu kopi yang sudah kering setelah dijemur selanjutnya di goreng untuk mengurangi kandungan air. Ini merupakan tahap vital yang diolah dengan tangan.
Tahap ketiga pendinginan yakni kopi yang selesai di sangrai kemudian di diinginkan. Tahap keempat ialah penggilingan dimana biji kopi selanjutnya di giling/dihaluskan sebelum dikemas.Tahap kelima ialah pengemasan dengan bahan dengan lapisan almunium foil untuk menjaga aroma dan tekstur kopi serta siap dipasarkan.
"Dalam pengemasan tim produksi menggunakan hazmat, masker, tutup kepala dan sarung tangan dalam ruangan yang steril," terangnya.
Awak media juga disuguhi kopi Mulia dengan air dengan suhu optimal 70-80 derajat celcius. Hasilnya kopi wangi kuat yang khas yang nikmat, yang rendah asamnya sehingga tidak membuat perut penikmatnya mules setelah menyeruputnya.
"Terkait pemasaran Kopi Arabika ini, kami mengikuti harga yang sudah diperdakan oleh Pemerintah daerah yang sudah disepakati bersama sebelum menjalankan program pengembangan kopi ini," ungkap Sulbiah.
"Kami pun berharap selain menjadi oleh-oleh khas Puncak Jaya, Kopi Mulia ini bisa menaikkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Puncak Jaya" harapnya Sulbiah menambahkan, di Mulia telah ada, toko dan gerai untuk memasarkan kopi dan direncanakan akan mulai dipasarkan secara online melalui jasa portal e-commerce. (Adv)