MENU TUTUP

Ternyata Begini Proses Terbentuknya Racun Kalajengking

Jumat, 04 Mei 2018 | 15:02 WIB / rmol
Ternyata Begini Proses Terbentuknya Racun Kalajengking Net

WARTAPLUS - Kalajengking umumnya memiliki racun atau venom sebagai pertahanan diri mencari makanan maupun untuk melumpuhkan musuh.

Bicara racun pada kalajengking, studi peneliti pada 2014 menemukan, venom racun kalajengking berasal dari protein hewan tersebut. Karena tantangan dan evolusi alam, kalajengking memutasi gen protein dalam tubuhnya untuk menjadi racun.

Peneliti juga menemukan racun pada hewan umumnya punya kisah yang sama. Awalnya, hewan yang punya racun memiliki senyawa tertentu dalam tubuh mereka. Tapi karena ancaman dari luar, membuat hewan mengembangkan diri untuk menghasilkan racun.

** Baca juga: Universitas Al Azhar Kairo Berencana Hapus Ayat Al Quran

Dikutip dari Insidescience, Jumat 4 Mei 2018, studi tim ilmuwan Chinese Academy of Sciences menemukan, protein dalam kalajengking, yang disebut defensin, ditemukan pada banyak tanaman dan hewan yang melawan bakteri. Artinya, senyawa protein itu dipakai kalajengking melawan musuhnya.

Peneliti mengurutkan genetika asam amino dalam defensin, dan menemukan adanya perubahan gen tunggal yang mengubah defensin menjadi racun.

Dari temuan itu, ilmuwan berpikir dahulu kala kalajengking berasal dari daratan dan karena alam tersapu ke lautan. Di lingkungan air itu, kalajengking berevolusi sampai muncul kembali ke daratan pada 400 juta tahun lalu.

Selama masa evolusi di perairan itu, kalajengking berupaya beradaptasi dengan lingkungan dan mangsa dan musuh baru yang berbeda dengan di lingkungan darat. Saat pindah ke laut, ukuran kalajengking menjadi menyusut sehingga kalajengking kesulitan untuk menangkap mangsa. Karena terdesak dengan kondisi, kalajengking mengubah atau memutasi protein menjadi racun, sebagai alat perlindungan diri.

"Saya kira munculnya racun dari defensin adalah konsekuensi dari adaptasi kalajengking kepada ukuran mereka yang menurun. Jadi mereka mengembangkan racun," jelas peneliti Shunyi Zhu.

Temuan peneliti China itu dikonfirmasi oleh peneliti Venom Evolution Laboratory Universitas Queensland, Australia.

Peneliti Venom Evolution Laboratory, Bryan Fry menjelaskan, terjadi perbedaan antara fisik kalajengking kuno dengan kalajengking yang telah berevolusi dalam lingkungan laut. Kalajengking terkuno dan terbesar punya cakar besar dan ekor kecil. Sedangkan kalajengking yang evolusi di laut dan kemudian kembali ke darat, punya hal yang berkebalikan, yakni cakar kecil dan ekor besar.

Pada kalajengking hasil evolusi laut, mereka menggunakan bentuk tubuh itu untuk menangkap dan melumpuhkan mangsa. [net]


BACA JUGA

Jaga Ketahanan Fisik di Tengah Medan Tugas, Dokter Subsatgas Kesehatan Ops Damai Cartenz Periksa Kesehatan Personel di Yahukimo

Senin, 14 April 2025 | 07:50 WIB

Dinkes Papua Selatan Sediakan Rp18 miliar Untuk Pengobatan OAP

Rabu, 09 April 2025 | 06:05 WIB

Senyum Anak Yalimo Untuk Asa Baru di Yalimo

Senin, 10 Februari 2025 | 14:58 WIB

Pj Gubernur Papua Ajak Masyarakat Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas

Senin, 10 Februari 2025 | 14:17 WIB

Sentuhan Kemanusiaan: Tim Medis Satgas Tindak Ops Damai Cartenz 2025 Layani Warga Puncak Jaya

Selasa, 04 Februari 2025 | 19:22 WIB
TERKINI

Operasi Damai Cartenz 2025 Bawa Keceriaan ke Panti Asuhan Santa Susana Timika

11 Jam yang lalu

Festival Colo Sagu 2025, Wujud Nyata Pelestarian Tradisi Makan Bersama Masyarakat Papua

15 Jam yang lalu

Jaga Persatuan Warga Papua Demi Stabilitas dan Kemajuan Daerah

23 Jam yang lalu

Tokoh Masyarakat Mimika Ajak Warga Papua Bersatu Wujudkan Keamanan demi Kemajuan Wilayah Papua

23 Jam yang lalu

Bupati Puncak Jaya Mengaku Bangga Sebagai Peserta Retreat Kepala Daerah, di IPDN Jatinangor

1 Hari yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com