MENU TUTUP

Sejarah Tidak Pernah Berulang, Namun Sejarah Memberi Pelajaran

Senin, 29 Maret 2021 | 09:58 WIB / Admin
Sejarah Tidak Pernah Berulang, Namun Sejarah Memberi Pelajaran Freddy Numberi/Istimewa

SEJARAH tidak pernah berulang, namun sejarah memberi pelajaran (lesson learned) bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam etnik, suku, ras dan agama mau melangkah untuk menyongsong masa depan dengan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan masa lalu menuju globalisasi. Kita juga khawatir bahwa dalam era reformasi dan demokrasi dewasa ini, yang telah kita perjuangkan dengan banyak pengorbanan (Trisakti berdarah, kasus Munir, dll) tenggelam dan hilang tanpa bekas karena masih ada oknum birokrat pemerintah yang bersikap otoriter (baca berfaham fasisme).

Perjalanan masa lalu mengingatkan kita bahwa kesenjangan mendatangkan ketidak stabikan politik. Di sisi lain pengalaman juga menunjukkan bahwa para demagog (pemimpin rakyat yang pandai menghasut) memanfaatkan kebebasan berbicara untuk mengangkat dirinya sebagai pemimpin. Yang dibayangkan adalah pengambilan kekuasaan oleh kelompoknya demi kepentingan pribadi mereka.

“A democratic power is never likely to perish for lack of strength or of its resources, but it may very well fall because of the misdirection of its strength and the abuse of its resources”. (Daoed Joesoef, Studi Strategi, 2014:hal.IX)

Sejarah telah membuktikan hal ini baik di Indonesia maupun Eropa, Amerika Serikat, Afrika dll. Para “Founding Fathers” (bapak pendiri) Republik Indonesia memiliki cita-cita yang luhur sebagai suatu komitmen kebangsaan berupa Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, namun dalam perjalanan waktu setelah Indonesia merdeka 76 tahun masih terasa adanya gejolak sosial, politik dan ekonomi yang membuat kita sebagai bangsa prihatin.

Menurut penulis: “Pluritas etnik, suku, ras dan agama di bumi Nusantara tercinta tidak selamanya muncul sebagai taburan mozaik yang indah, tetapi juga sarat dengan potensi konflik. Potensi konflik ini akan muncul lebih dahsyat lagi manakala dipicu kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan politik, baik secara vertikal maupun horizontal.”

Kita tidak boleh tergoda dengan berpikir bahwa era reformasi dan tradisi demokrasi akan secara otomatis melindungi bangsa Indonesia dari “keterpurukan”, kita tidak bisa “taken for granted” (terima apa adanya) tetapi sebaliknya kita harus bekerja keras dan memperjuangkan serta bergandengan tangan satu sama lainnya agar komitmen kebangsaan harus terus dijaga dan ditegakkan dalam rangka menyelamatkan maupun mensejahterakan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama dimasa mendatang.*

 


BACA JUGA

Pemprov Papua Tengah Gelar Seminar Wawasan Kebangsaan Diikuti 300 Pelajar di Nabire

Jumat, 10 Mei 2024 | 17:54 WIB

Seminar Kebangsaan Korem 172 PWY, Mahasiswa Diajak Mencintai NKRI

Kamis, 13 Agustus 2020 | 19:10 WIB

Dari Papua TVRI Teguhkan Jati Diri Sebagai Media Pemersatu Bangsa

Senin, 24 Februari 2020 | 17:16 WIB

Pelajar di Perbatasan Dibekali Pengetahuan Bahaya Pergaulan Bebas oleh TNI

Jumat, 24 Januari 2020 | 12:01 WIB
TERKINI

Dua Tukang Ojek Tewas Ditembak Gerombolan OPM di Puncak

1 Jam yang lalu

Mari-Yo Tutup Debat Pamungkas Pilgub Papua dengan Lagu Koes Plus

1 Jam yang lalu

Debat Terakhir,  MARI-YO  Punya Cara Jitu Membangun Papua

2 Jam yang lalu

Jelang Pilkada, 300 Brimob Tiba di Papua

3 Jam yang lalu

Mathius Fakhiri - Aryoko Rumaropen Punya Kartu Sakti Mudahkan Segalanya Untuk Papua

3 Jam yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com