Kondisi Kesehatannya Diributkan, Gubernur Papua Minta Masyarakat Jangan Mau Diadu Domba
JAYAPURA, wartaplus.com - Gubernur Papua Lukas Enembe telah menerima sejumlah masukan dan kritik yang diberikan oleh sejumlah tokoh menyoal kondisi fisiknya. Gubernur menganggap bahwa penyampaian pendapat yang datang dari sudut pandang setiap kelompok masyarakat Papua akan selalu diterima dan menjadi masukan yang berharga bagi kepemimpinannya, selama koridor yang digunakan selalu dalam ruang yang sejuk, damai dan beretika.
Terkait argumentasi “Gubernur yang sakit-sakitan telah mengakibatkan kegaduhan birokrasi dan minusnya pelayanan publik” yang disampaikan oleh sebuah kelompok, Gubernur Papua Lukas Enembe menyatakan bahwa argumentasi tersebut tidak berdasar.
Melalui Juru Bicaranya, M.Rifai Darus, Gubernur menuturkan, bahwa pasca pengobatannya dari Singapura beberapa bulan yang lalu memang telah dilakukan sejumlah penataan organisasi pada Pemerintahan Provinsi Papua yang semata-mata untuk memperkuat koordinasi dan mengakselerasi kinerja.
"Gubernur Papua Lukas Enembe sebagai Warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pemenuhan hak atas kesehatan dengan berbagai macam cara, baik pencegahan dan penyembuhan. Proses pengobatan yang dijalani oleh Gubernur telah menempuh prosedur yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, termasuk mendapat izin dari Mendagri untuk melakukan medical check-up bertepatan pada masa libur natal dan tahun baru 2022 kemarin," jelas Rifai Darus dalam rilisnya, Rabu (05/01).
Gubernur Lukas Enembe, lanjut Rifai, meminta kepada sejumlah tokoh yang mendesaknya untuk mundur ataupun digantikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat agar lebih dulu memperkaya diri atas informasi yang sahih terkait kondisi fisik Gubernur dari otoritas resmi ataupun yang berwenang.
"Gubernur menyayangkan narasi-narasi keliru yang masih dalam koridor hipotesis sudah dianggap sebagai sajian ilmiah oleh kelompok tersebut," ungkap Rifai.
"Gubernur Lukas Enembe juga meminta maaf apabila dalam penyampaian beberapa pidato ataupun sambutannya di sejumlah acara terlihat terbata-bata dan tidak lancar, namun daya kritis dan manajemen kepemimpinan yang beliau miliki masih teramat tebal dan kaya," lanjut Rifai.
Menurut Gubernur, menjadi pemimpin bukan hanya membutuhkan mulut yang bisa berbicara, tetapi jauh dari itu, pemimpin membutuhkan otak yang mampu berpikir tangkas dan hati yang tulus dalam pengabdiannya.
"Oleh karena itu, Gubernur Lukas Enembe juga menyampaikan agar masyarakat adat yang ada di seluruh tanah Papua untuk tidak terpecah oleh agenda-agenda yang bertendensi adu domba," tegas Rifai.
Gubernur juga mengajak kepada seluruh tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang ada di Papua untuk menjaga perdamaian dan ketentraman.
"Gubernur mengatakan bahwa beliau tidak anti terhadap kritik, tapi jangan sekali-kali menggunakan atribut politik yang dapat memantik api polemik," tutup Rifai.**