MENU TUTUP

Inilah Penyebab Mengapa Dulu Bumi Panas Menurut Para Ahli

Minggu, 27 Mei 2018 | 21:58 WIB / rmol
Inilah Penyebab Mengapa Dulu Bumi Panas Menurut Para Ahli Net

WARTAPLUS - Penelitian terbaru menunjukkan data baru asteroid yang memusnahkan dinosaurus jutaan tahun lalu. Hasil studi terbaru menunjukkan, serangan asteroid tersebut punya suhu panas yang mencapai 5 derajat celsius. Suhu tersebut jauh lebih panas dari yang diprediksikan sebelumnya.

Serangan asteroid itu menyebabkan Bumi terus panas selama 100.000 tahun setelahnya. Naiknya suhu bumi dari serangan asteroid itu bisa menjadi data memprediksi Bumi bakal panas dalam beberapa abad ke depan.

"Implikasinya adalah suhu panas yang kita rasakan jauh lebih besar daripada prediksi saat ini," kata peneliti University of Missouri Columbia, Amerika Serikat, Ken MacLeod dikutip dari NewScientist, Sabtu 26 Mei 2018.

Asteroid yang menghanguskan Dinosaurus 66 juta tahun yang lalu juga turut membakar hutan yang ada di Bumi. Akibat kebakaran tersebut, banyak CO2 atau karbon dioksida yang terlepas. Sebelum asteroid meluluhlantakkan Bumi, keadaan Bumi begitu dingin karena debu yang menutupi sinar matahari.

Namun pada saat ini pemanasan global terjadi dengan sangat cepat.

Para peneliti telah mencari bukti bagaimana Bumi di masa lalu menghangat dampak dari serangan asteroid. Tim MacLeod menemukan bukti tersebut di bebatuan Tunisia.

Bebatuan ini terbentuk dari sedimen yang ada dari sebelum jatuhnya asteroid sampai kepada dampaknya. Di Laut Tethys di kawasan Timur Tengah, tim ini juga mengekstrak ratusan gigi ikan, tulang dan sisik pada batu, serta rasio isotop oksigen di dalamnya. Ini adalah cara standar untuk mengetahui suhu air di masa lalu.

Temuan ini malah menghasilkan teka-teki. Iklim menunjukkan tingkat CO2 melonjak menjadi sekitar 2.300 part per million (ppm) untuk meningkatkan suhu. Namun studi mengenai fosil tanah menunjukkan banyak kadar CO2 dilepaskan, sehingga sisa CO2 kurang dari setengahnya.

Studi pada 2004 mengatakan, fosil daun mempunyai kadar CO2 yang mencapai 2300 ppm, namun para peneliti tidak merasa benar sepenuhnya atas hasil tersebut.

"Perkiraan kami berdasarkan stomata (daun) bersifat sementara, seperti yang kami tekankan," ujar peneliti University Sheffield Inggris, David Beerling.

Jika tingkat CO2 tidak naik jauh di atas 1000 ppm, namun suhu naik menjadi 5 derajat celsius, implikasinya adalah CO2 kemungkinan besar pada saat ini berkurang sehingga cuaca menjadi panas.

Ada juga kemungkinan bahwa tim telah melebih-lebihkan kenaikan suhu.

"Itu semua dampaknya, orang-orang harus pindah," kata peneliti University Purdue Amerika Serikat, Mattew Huber.


BACA JUGA

Pemprov Ajak Warga Papua Periksa Kesehatan Rutin di Momen HKN

Rabu, 13 November 2024 | 07:27 WIB

Dinkes Jayapura Beri Layanan Kesehatan Gratis Peringati HKN

Selasa, 12 November 2024 | 15:02 WIB

Berbuat Yang Terbaik Meneladani dan Mewarisi Nilai-Nilai Kepahlawanan

Senin, 11 November 2024 | 12:05 WIB

Kampanye Hari Kedua di Serui, Mari-Yo Ingatkan Pentingnya Toleransi, Pendidikan dan Kesehatan

Sabtu, 26 Oktober 2024 | 06:33 WIB

Pemkab: Kasus stunting Biak di bawah target nasional

Selasa, 08 Oktober 2024 | 07:47 WIB
TERKINI

Sengketa Pilgub PBD, Pieter Ell: MA Tolak Kasasi Paslon Onesimus - Ibrahim

49 Menit yang lalu

Wakil Ketua II MRP Imbau Masyarakat Mendukung Suksesnya Pilkada Serentak 2024

7 Jam yang lalu

Mari Kita Jaga Kedamaian Pilkada Serentak 2024

7 Jam yang lalu

Mari-Yo Dampingi Kaesang Hadiri Kampanye Paslon Jhonda dan JBR -Hadir di Jayapura

14 Jam yang lalu

Direskrimum Polda Papua: HN Melakukan Kejahatan Luar Biasa, Ketua Pemuda Papua Parubahan Minta Diproses Hukum Siapapun Dia

15 Jam yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com