Ikan Idola dari Teluk Bintuni

Di tengah bentangan hutan mangrove Teluk Bintuni yang megah, kehidupan tidak hanya tumbuh di akar-akar udara bakau yang kokoh. Laut dan sungai di wilayah ini menyimpan dua permata berharga yang menjadi bagian dari identitas budaya dan ekonomi masyarakat pesisir yaitu Ikan Sembilan dan Ikan Congge.
Sebagai pemerhati ekosistem mangrove dan pelestari kehidupan pesisir, saya melihat betapa ikan Sembilan memainkan peran penting bagi masa depan generasi muda kita. Kandungan omega-3 yang tinggi pada ikan ini adalah berkah alam yang tak ternilai.
Dalam kajian gizi, omega-3 terbukti berkontribusi pada pertumbuhan otak anak, memperkuat daya ingat, dan meningkatkan kecerdasan kognitif. Bagi saya, ini adalah investasi alami dari laut Bintuni untuk membangun generasi emas di masa depan.
Namun pesona laut kita tak berhenti di situ. Ikan Congge, dengan tubuh kekar dan daging padatnya, menyimpan cerita ekonomi yang jarang diketahui orang. Tidak hanya lezat di meja makan, ikan ini memiliki gelembung renang yang bernilai tinggi.
Dalam kunjungan saya ke beberapa kampung pesisir, saya melihat langsung bagaimana gelembung ikan Congge dikeringkan dan disiapkan untuk ekspor ke pasar internasional terutama ke Tiongkok dan Jepang sebagai bahan dasar sup premium.
Lebih dari itu, dunia farmasi modern bahkan memanfaatkan gelembung ikan Congge sebagai bahan pembuatan benang jahit internal untuk operasi manusia, karena kekuatan dan kemampuan alaminya untuk diserap tubuh. Ini adalah bukti bahwa sumber daya lokal kita menyimpan potensi global, bila dikelola dengan bijak dan berkelanjutan.
Sebagai Direktur Yayasan Sahabat Mangrove Bintuni, saya percaya bahwa pelestarian mangrove dan ekosistem pesisir adalah kunci menjaga keberlanjutan ikan Sembilan dan Congge. Laut yang sehat, mangrove yang terjaga, adalah jaminan bagi gizi, ekonomi, dan masa depan anak-anak Teluk Bintuni.
Ini bukan sekadar soal ikan. Ini tentang harapan. Tentang bagaimana kearifan lokal dan potensi alam dapat menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan di tanah Papua Barat.
Oleh: DR (c).Nicolaus Y. Leftungun, S.Hut., M.Ling. (Direktur Yayasan Sahabat Mangrove Bintuni)