SORONG,-Kepala BMKG Stasiun Geofisika Sorong, Andri Wijaya mengatakan bahwa Provinsi Papua Barat rawan terjadi Gempa dan Tsunami. Hal ini disebabkan Papua Barat dikelilingi oleh sejumlah patahan besar dan kecil serta tiga lempengan yaitu lempengan pasifik, Eurasia dan Indoaustralia.
Sayangnya, dengan potensi besar terjadinya bencana alam, Papua Barat hanya memiliki 4 alat pencatat gempa atau seismograf yang aktif dari 7 unit Seismograf yang ada.
Andri menjelaskan bahwa dari 7 unit alat Seismograf itu, 2 diantaranya rusak yaitu yang terdapat di Ransiki dan Manokwari serta 1 unitnya hilang di Kota Sorong akibat dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan 4 Seismograf yang aktif terdapat di Kota Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan Raja Ampat.
“Alat ini berfungsi untuk menerima signal gempa dan merekam kemudian menentukan hasil episenter atau titik gempa serta memodelkan kapan Tsunami datang. Alat ini tidak bisa memprediksi kapan gempa terjadi tapi dapat memprediksi kapan Tsunami terjadi. Jadi kalau ada yang bilang dapat memprediksi kedatangan gempa, maka itu tidak benar karena sampai saat ini belum ada satupun alat yang dapat memprediksi kapan gempa terjadi,” tambah Andri.
Dikatakan oleh Andri, jika dilihat dari luasan Papua Barat, maka seharusnya Papua Barat memiliki 100 lebih alat Seismograf. “Papua Barat butuh banyak, karena Gempa Bumi dan Tsunami masih misteri, karena belum banyak peneliti yang meneiti di Papua Barat soal kegempaan. Sejauh ini penelitian hanya berdasarkan sumber-sumber minyak dan gas. Berbeda dengan Palu, kalau di Palu sudah banyak penelitian, tapi karena Pemdanya kurang responsive bencana, sehingga terjadi musibah seperti saat ini,”tambah Andri.
Dirinya berharap keterlibatan Pemerintah daerah dalam mengantisipasi terjadinya bencana dapat dilakukan dengan keseriusan agar dapat mengurangi resiko hilangnya nyawa masyarakat dan pengungsi.*