Gubernur Papua: Kita Bukan Bangsa Monyet, Kita Manusia!
JAYAPURA-Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe angkat bicara terkait penggerebekan serta penangkapan 43 mahasiswa asal Papua di Asrama Papua serta tindakan persekusi yang dilakukan sejumlah ormas di Kota Surabaya, Kamis (16/8l lalu. Menurut Gubernur Papua, dirinya sangat prihatin dan menaruh rasa empati terkait insiden tersebut.
"Kami pemerintah provinsi Papua menyampaikan empati dan prihatin atas insiden yang terjadi di Surabaya dan Malang terhadap penangkapan dan pengosongan Asrama oleh aparat keamanan," ungkapnya ketika menggelar Konferensi pers di gedung Negara Dok V, Minggu (18/8) malam.
Kata Gubernur, Pemerintah provinsi Papua menghargai upaya hukum yang dilakukan oleh aparat keamanan sepanjang dilakukan secara profesional dan berkeadilan.
"Kami harap aparat tidak melakukan pembiaran terkait dengan aksi Persekusi dan main hakim sendiri yang dilakukan kelompok atau oknum individu yang dapat melukai masyarakat Papua. Hindari langkah yang dapat menimbulkan korban jiwa," serunya
Ia pun menegaskan insiden yang terjadi di Surabaya sangat menyakiti hati masyarakat Papua. dimana ada rasisme serta perkataan yang melukai dan menciderai masyarakat Papua pada umumnya.
"Apa yang terjadi di Surabaya itu sangat menyakitkan, kita bukan bangsa Monyet, Kami manusia, kami Masyarakat Papua yang punya harga diri dan martabat. Sama seperti Bangsa lainnya yang ada di Republik ini," tegasnya.
Kata Lukas, Provinsi Papua merupakan wilayah dari negara kesatuan republik Indonesia yang dikenal sebagai miniatur Indonesia. Penduduk Provinsi Papua sangat beragam dan multi etnis, multi agama dan multi budaya yang hidup secara berdampingan
"Masyarakat Papua menyambut baik masyarakat non Papua secara terhormat bahkan sejajar. Oleh karena itu kami berharap kehadiran Masyarakat Papua dapat diterima seluruh masyarakat yang ada di luar Papua. Hal ini merupakan komitmen kita bersama sebagai anak bangsa yang mewujudkan Indonesia yang damai berdaulat" serunya
Pemerintah provinsi Papua menyampaikan kepada seluruh masyarakat Papua yang ada di Papua maupun diluar Papua untuk merespon insiden Surabaya secara wajar, tanpa ada tindakan yang merugikan.
Sementara kepada masyarakat non Papua, Lanjut Lukas untuk selalu menjaga harmoni kehidupan dan tidak melakukan tindakan yang inkontitusional seperti Persikusi main hakim sendiri dan tindak sesuai kehendak, bertindak rasis dan diskriminatif yang dapat melukai masyarakat Papua serta mengganggu harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kita sudah 74 tahun merdeka, seharusnya tindak intoleran, rasial dan dikrimantif tidak terjadi di negara kesatuan kita,"tandasnya
Ia pun mengajak seluruh kepada seluruh pemangku kepentingan bagi Gubernur, Walikota dan Bupati di seluruh Indonesia untuk melakukan pembinaan kepada pelajar dan mahasiswa Papua di wilayah masing-masing, sebagai mana yang dilakukan pemerintah provinsi Papua terhadap pelajar dan mahasiswa di Papua yang berasal dari luar Papua.
"Hal ini merupakan upaya kita untuk mencegah insiden serupa dimasa yang akan datang sekaligus merajut rasa nasionalisme persatuan, kebersamaan sebagai anak bangsa," tegasnya.
Mantan Bupati Puncak Jaya ini pun menambahkan akan menurunkan tim guna melihat secara langsung kondisi mahasiswa Papua yang ada di Surabaya Jawa Timur.
"Nanti akan ada tim yang kami bentuk yang melibatkan pemerintah provinsi, Kodam dan Polda Papua, MRP serta DPR bahkan kami libatkan wartawan, Apakah nanti mahasiswa kami pulangkan atau tidak nanti kita lihat situasinya lagi,"tandasnya.
Sebelumnya, sejumlah ormas menggeruduk asrama mahasiswa Papua yang berada di Surabaya. Mereka bahkan berusaha masuk ke dalam asrama namun dicegah oleh aparat keamanan yang berjaga di pagar asrama. Pemicunya disinyalir karena mahasiswa Papua enggan mengibarkan bendera merah putih di halaman asrama. Massa ormas kemudian melempari asrama mahasiswa dengan batu sembari mengeluarkan kalimat bernada rasis terhadap mahasiswa Papua yang berada di asrama tersebut.**