Aksi KKB di Puncak Membuat Masyarakat Trauma
PUNCAK,wartaplus.com - Aksi penembakan kelompok kriminal bersenjata yang terjadi di Kabupaten Puncak berdampak pada kekhawatiran serta dihantui rasa ketakutan bagi masyarakat pendatang.
Bahkan untuk berkebun saja masyarakat pribumi setempat masih merasa ketakutan dan trauma dengan kejadian penembakan. Sementara di ibu Kota Kabupaten Puncak aktfitas Masyarakat hanya sampai pukul 17.00 WIT.
"Dampak dari penembakan guru di Distrik Beoga, penembakan ojek dan pelajar di Ilaga membuat sampai masyarakat begitu takut, mereka ke kebun saja sudah tidak bisa, kami takutkan dampak dari itu, masyarakat jadi lapar dan bisa menimbulkan persoalan baru lagi,” Demikian hal tersebut disampaikan oleh Ketua DPRD Lekius Newegalen, Selasa (20/4/2021) siang.
Kata Lukius Newegalen warga mendatang bahkan guru dan tenaga medis saat ini memilih meninggalkan tempat tugas sehingga aktfitas di distrik Beoga belum normal, sementara masyarakat sangat membutuhkan keamanan, agar kondisi ekonomi normal, terutama pelayanan pendidikan dan kesehatan.
“Memang kita akui di Distrik Beoga, sudah dikusai kembali oleh aparat TNI-POLRI, namun masyarakat masih trauma mereka masih takut ke hutan, nah kondisi ini harus menjadi perhatian kita bersama,”tambahnya.
Oleh sebab itu, dirinya mendorong agar pemerintah, aparat keamanan TNI-Polri untuk segera mencari solusi agar memberikan rasa aman bagi masyarakat di Distrik beoga, soalnya Distrik beoga menjadi salah satu Distrik yang menunjang beberapa Distrik di sekitaranya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua KNPI Kabupaten Puncak Nopi Tabuni, dirinya menyesalkan tindakan membabi buta yang dilakukan oleh KBB yang membunuh masyarakat asli sendiri, padahal masyarakat harus dilindungi, karena perjuangan OPM ada aturan.
Apa lagi lanjut Nopi wilayah Ilaga dan Beoga merupakan wilayah bersejarah bagi gereja KemaH Injil di tanah Papua. Dan sangat disayangkan jika terjadi pertumpahan darah di daerah yang diberkati Tuhan ini.
“Kepada teman-teman OPM, kami berharap tindakan yang berlebihan dan merugikan banyak orang dihentikan, karena suatu perjuangan yang mereka jalani itu ada aturan, apalagi anak pelajar itu anak asli Puncak, kami saat ini sudah minoritas di atas tanah kita sendiri, kenapa harus mati lagi ditembak atau miras dan lainnya, sebagai pemuda, saya merasa kecewa sekali,” ujarnya.
Lanjut Nopi jika ada pemuda atau masyarakat yang dianggap sebagai mata-mata TNI-POLRI, maka ada jalur yang bisa ditempuh, entah jalur kekeluargaan, dan jangan menggunakan cara membabibuta, mengambil nyawa, karena yang berhak mengambil nyawa Hanya Tuhan.
“Terhadap anak sekolah dan guru mereka meskipun dicurigai, kalau bisa ditangkap aja, atau diatur diselesaikan secara kekleuargaan, jangan membabibuta, karena kita sama-sama Papua, apalagi kita dengan papua sendiri, karena kita papua ini sudah minoritas,jangan mati karena ditembak atau miras,”ungkapnya.
Dirinya mengakui jika masyarakat sejauh ini masih trauma, meski begitu tahap demi tahap, kondisi di Puncak mulai normal dengan kehadiran Bupati dan pemerintah daerah yang mulai melakukan kegiatan pemerintahan di Ibu Kota Kabupaten Ilaga.*