Jangan Sembarangan Buang Baterai Lihium-ion, Bisa Jadi Seperti ini
WARTAPLUS - Peralatan nirkabel saat ini mempunyai banyak dipakai dan populer. Perangkat tersebut didukung oleh baterai Lithium-Ion, yang diketahui sangat sulit untuk didaur ulang. Baterai tersebut saat ini sudah tersebar luas dan jumlahnya semakin meningkat. Baterai yang dikenal dengan sebutan baterai Li-ion ini memberi energi kepada alat yang praktis dan populer.
Dikutip dari laman Conversation, Senin 6 Agustus 2018, survei di Inggris menunjukkan, rata-rata satu rumah tangga di Negeri Ratu Elizabeth II itu memiliki 11 perangkat yang didukung baterai Li-ion. Jika semua rumah tangga di Inggris memiliki angka tersebut, berarti di seluruh Inggris ada 295 juta baterai Li-ion.
Inggris adalah pasar terbesar kedua di Eropa untuk baterai Li-ion setelah Jerman. Sayangnya, Inggris tidak memiliki bahan baku untuk memproduksi baterai tersebut, maupun fasilitas untuk mendaur ulang baterai Li-ion.
Survei laman Conversation menunjukkan populernya baterai Li-ion. Hasil survei ternyata, pengguna tetap menyimpan baterai Li-ion meski mereka telah menggantinya. Survei menunjukkan, setelah diganti baterainya, 48 persen pengguna mengaku tetap menyimpan baterai tersebut, tidak didaur ulang.
Umumnya saat ini baterai Li-ion terkunci bersama perangkat. Jadi jika baterai Li-ion rusak, maka keseluruhan perangkat menjadi tidak berfungsi. Hal pertama untu membenahi Li-ion Anda di rumah adalah dengan tidak membuangnya di tempat sampah.
Anda bisa menukarnya melalui layanan daring Freecycle. Bisa juga menyumbangkannya untuk acara amal. Daur ulang akan memberikan fungsi penghematan pada bahan mentah, memberi kita pencegahan untuk terus bergantung kepada Li-ion, serta bisa membangun ekonomi.
Pada 2017, pemerintah Inggris menyiapkan kampanye 'Farafay Battery Challenge' senilai 246 juta Poundsterling. Dana itu digunakan untuk mengembangkan teknologi baru dalam meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali bahan bekas.