MENU TUTUP

Rat King, Kisah Sekumpulan Tikus yang Saling Menyatukan Ekor

Senin, 19 Februari 2018 | 17:43 WIB / yusuf
Rat King, Kisah Sekumpulan Tikus yang Saling Menyatukan Ekor

WARTAPLUS - Pada suatu pagi di bulan Januari yang dingin di tahun 2005, di sebuah desa Saru terletak di selatan Estonia, petani Rein Kıiv dan anaknya secara tidak sengaja menemuka sesuatu yang aneh. Di lantai gudangnya yang berpasir, mereka menemukan sekumpulan 16 tikus dengan ekornya yang saling menyatu menjadi simpul. Tikus-tikus itu berdecit dan berusaha melepaskan diri, tapi semakin sulit mereka menarik tegang simpulnya. Hewan-hewan itu rupanya masing-masing sedang berusaha menggali dari liang yang sempit namun di tengah perjuangannya, beberapa dari mereka terkubur di bawah pasir. Tujuh tikus yang tampak kusut sudah mati. Anak laki-laki Rein memutuskan untuk menyingkirkan pemandangan tidak biasa yang nampak menjijikan tersebut, dengan mengambil sebatang tongkat, membunuh sisa hewan malang tersebut.

Rein Kıiv tidak tahu, tapi yang dia temukan adalah fenomena sangat langka yang disebut dengan Rat King atau Raja Tikus. Hal serupa telah terlihat sejak lima abad terakhir dengan kira-kira 60 penampakan seperti yang tercatat dalam buku sejarah.

Sejumlah spesimen yang diawetkan juga disimpan di berbagai museum. Rat King terbesar yang pernah diketahui, ditemukan pada tahun 1828 di perapian penggiling di Buchheim, terdiri dari 32 tikus, dan terpelihara di museum Mauritianum di Altenburg, Jerman. Rat King di Saru sekarang berada di Museum Sejarah Alam (Zoologi) di Universitas Tartu, diawetkan dalam alkohol dan dipamerkan ke pengunjung. Karena paparan jangka panjang terhadap udara terbuka, ekor tikus telah mengering dan simpulnya menjadi longgar. Meskipun demikian, bagian ekor yang dikompresi dengan sangat ketat sudah cukup memberikan bukti bahwa simpul itu dulunya memang sangat ketat.

Raja Tikus adalah fenomena alam yang aneh dan cukup membuat penasaran, tapi apa penyebab sebenarnya masih menjadi perdebatan. Menurut satu hipotesis, segerombol raja tikus tercipta saat tikus-tikus tersebut ketakutan dan dengan gugup saling pegang menggunakan ekornya. Atau saat cuaca dingin, tikus-tikus berkumpul bersama seperti biasanya saat tidur, dan ekor mereka dilem secara alamai oleh getah pohon, darah, makanan, kotoran dll, dan bahan ikatan tersebut membeku saat hewan-hewan tersebut tertidur. Begitu terbangun, mereka mencoba membebaskan diri dengan bergerak ke arah yang berbeda sehingga ekor mereka terjerat dalam simpul yang lebih ketat.

Penjelasan di atas nampaknya cukup masuk akal mengingat kebanyakan raja tikus ditemukan di negara-negara yang memiliki musim dingin. Semua raja tikus yang diteliti sejauh ini juga melibatkan tikus hitam, kecuali satu penemuan langka di Jawa, yang notabene memiliki iklim tropis yang cenderung panas.

Profesor Andrei Miljutin dari Universitas Tartu percaya bahwa raja-raja tikus terjadi di daerah di mana dua faktor bertepatan dengan musim dingin dan adanya tikus hitam.

"Memang, tikus hitam itu lebih umum di Eropa Selatan, tapi ada musim dingin yang ringan di sana," Andrei Miljutin menulis di senuah berita koran. "Musim dingin yang parah di Eropa Utara dan Kanada, tapi tidak ada tikus hitam atau mereka sangat jarang. Ada sejumlah besar tikus coklat, R. norvegicus, di Eropa Utara dan Amerika Utara, tapi mereka tidak menciptakan raja tikus. Ini jelas karena ekor mereka yang relatif lebih pendek, lebih tebal, dan kurang fleksibel daripada di R. rattus. "

Andrei Miljutin juga percaya bahwa terjadinya raja-raja tikus lebih sering terjadi daripada yang diperkirakan. Selama penelitiannya, Miljutin dapat menemukan tiga contoh di Estonia, hanya satu di antaranya dilaporkan secara luas di media dan hanya karena para pencari tersebut memiliki seorang jurnalis di antara relasinya. Banyak penemuan tidak diketahui masyarakat setempat dan tetap diabaikan oleh ilmuwan pada umumnya. Lagi pula, siapa yang tahu seberapa banyak tikus yang dikuburkan di terowongan dan liang bawah tanah yang belum ditemukan?

Tikus bukan satu-satunya hewan yang bisa terikat oleh ekornya dengan cara ini. Pada tahun 2013, enam tupai hidup ditemukan terjebak bersamaan dengan getah pinus dalam bentuk "raja tupai" di Regina, Kanada. Untuk melepaskan ikatan tersebut, mereka harus dipisahkan oleh dokter hewan.

[VIVA]


BACA JUGA

Organisasi Paguyuban Pemuda Nusantara Papua Terbentuk, Siap Deklarasi Tahun Ini

Senin, 21 November 2022 | 16:48 WIB

Pemerintah Papua Serahkan Tanah dan Air, Simbol Dukungan Pembentukan IKN Nusantara

Senin, 14 Maret 2022 | 17:06 WIB

Kapolda Papua: Terimakasih Kepada Teman-Teman Brimob Nusantara Yang Melaksanakan Pengamanan PON XX

Minggu, 17 Oktober 2021 | 09:20 WIB

Temui Forum Nusantara, Bupati Puncak Jaya Minta Jaga Harmonisasi

Selasa, 11 Agustus 2020 | 18:28 WIB

Bocah 6 Tahun Dilaporkan Hilang Diatas KM Nusantara 81

Selasa, 04 Februari 2020 | 15:48 WIB
TERKINI

Silaturahmi Bersama Jurnalis Jayapura , Satgas Humas DC- 2024 Berharap Satu Persepsi dalam Pemberitaan

7 Jam yang lalu

Berikan Kenyamanan Bagi Jemaah Haji, Telkomsel Hadirkan Ragam Produk dan Layanan Unggulan

1 Hari yang lalu

Penutupan Musrembang RPJD Papua Tengah, Hasilkan Visi Adil, Berdaya Saing Maju dan Berkelanjutan

1 Hari yang lalu

163 Pelajar Ikut Seleksi Tim Paskibraka 2024 Provinsi Papua Tengah

1 Hari yang lalu

BI Papua akan gelar Festival Cenderawasih, Diharapkan dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Baru

1 Hari yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com