MENU TUTUP

Kerusuhan Papua Tidak Pengaruhi Jumlah Penumpang Kapal Laut

Rabu, 18 September 2019 | 16:59 WIB / Andi Riri
Kerusuhan Papua Tidak Pengaruhi Jumlah Penumpang Kapal Laut Kepala PT Pelni Cabang Jayapura, Harianto Sembiring

JAYAPURA –  PT Pelni Cabang Jayapura mengklaim kerusuhan yang terjadi di Kota Jayapura akhir Agustus lalu tidak berdampak signifikan terhadap jumlah penumpang kapal laut yang masuk dan keluar dari pelabuhan Jayapura.

Kepala PT Pelni Cabang Jayapura, Harianto Sembiring mengatakan, insiden rasisme mahasiswa Papua di Surabaya yang memicu terjadinya kerusuhan dan eksodus mahasiswa Papua dari sejumlah kota studi, tidak berdampak signifikan terhadap jumlah penumpang kapal laut.

"Sampai saat ini penumpang, baik yang naik maupun turun, semuanya standar yakni sekitar 700 hingga 800 masih sama dengan hari – hari sebelumnnya," ungkap Sembiring di Jayapura, Rabu (18/9)

 

Menurutnya,  mahasiswa eksodus  yang pulang ke Papua menggunakan kapal tidak bisa dibedakan dengan penumpang kapal pada umumnya.

 

"Kami tidak tau dan tidak bisa dibedakan, yang mana masyarakat mana yang  bukan, sehingga kita kurang tau apakah ada mahasiswa atau tidak di kapal kami ” akunya.

Sembiring menjelaskan, kapal yang masuk, sejak tanggal 29 Agustus hingga 18 September sudah ada delapan kapal penumpang,  dari Labobar, Dorolonda, Sinabung, Gunung Dempo dan Dobonsolo.

 

Seperti diketahui, kasus ujaran kebencian bernada rasis dan intimidasi aparat keamanan terhadap mahasiswa Papua di Kota Surabaya dan Malang, Jawa Timur, 16 Agustus lalu telah memicu ketegangan di seluruh wilayah Papua dan Papua Barat

Masyarakat Papua marah, mereka turun ke jalan berunjuk rasa, mengecam tindakan rasisme yang dilakukan oleh ormas dan aparat keamanan di Surabaya.

Aksi unjuk rasa berujung anarkis terjadi di sejumlah daerah baik di Papua (Kota Jayapura, Timika, Deiyai) maupun Papua Barat (Kota Sorong, Manokwari dan Fak Fak). Massa yang marah secara sporadis membakar fasilitas pemerintahan dan fasilitas pelayanan publik dan rumah warga. Untuk menghindari penyebaran berita hoax pasca rusuh, sejak 19 Agustus lalu, pemerintah memblokir layanan data internet. Untuk pengamanan pasca rusuh di kedua Provinsi tersebut, sebanyak 6500 personil gabungan TNI Polri diturunkan. Bahkan Kapolri dan Panglima TNI sempat berkantor di Papua selama empat hari di Kota Jayapura, untuk memastikan situasi keamanan agar tetap kondusif.   

Persoalan baru muncul ketika ribuan mahasiswa Papua yang menempuh pendidikan di sejumlah kota study, berame rame kembali ke Papua sejak sepekan lalu, dengan alasan tidak merasa nyaman pasca insiden Surabaya. Kondisi ini yang kemudian membuat pemerintah Papua pusing dan harus segera mencari solusi penyelesaiannya.**

 


BACA JUGA

Kapolda Pimpin Upacara Pelantikan Dir Samapta Polda Papua

Rabu, 22 Januari 2020 | 16:29 WIB

Kapolda Papua Dicopot Pasca Rusuh, Sosok Penggantinya Sangat Familiar

Sabtu, 28 September 2019 | 07:08 WIB

Mahasiswa Eksodus yang Terima Beasiswa Otsus Harus Segera Kembali ke Tempat Studi

Senin, 23 September 2019 | 15:27 WIB

Papua Kembali Memanas, Informasi Pemblokiran Internet Ternyata Hoax

Senin, 23 September 2019 | 14:19 WIB

Ketua Klasis GKI Port Numbay Ajak Seluruh Warga Jaga Perdamaian Papua

Sabtu, 21 September 2019 | 19:46 WIB
TERKINI

Berikan Kenyamanan Bagi Jemaah Haji, Telkomsel Hadirkan Ragam Produk dan Layanan Unggulan

7 Jam yang lalu

Penutupan Musrembang RPJD Papua Tengah, Hasilkan Visi Adil, Berdaya Saing Maju dan Berkelanjutan

7 Jam yang lalu

163 Pelajar Ikut Seleksi Tim Paskibraka 2024 Provinsi Papua Tengah

7 Jam yang lalu

BI Papua akan gelar Festival Cenderawasih, Diharapkan dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Baru

17 Jam yang lalu

Pelepasan Tim ERB 2024, Bawa Uang Layak Edar Rp13,8 Miliar ke 5 Wilayah Terluar Papua

1 Hari yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com