MENU TUTUP

Dishut Papua Barat Buka Kedok Status PT. BAPP di Lembah Kebar Tambrauw

Sabtu, 15 Juni 2019 | 11:44 WIB / Albert
Dishut Papua Barat Buka Kedok Status PT. BAPP di Lembah Kebar Tambrauw Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, F.H Runaweri/Wartaplus

MANOKWARI- Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, F.H Runaweri membuka kedok status PT. Bintuni Agro Prima Perkasa (PT.BAPP) di lembah Kebar, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat.

Menurut penjelasan Runaweri bahwa PT. Bintuni Agro Prima Perkasa yang kini beroperasi di lembah Kebar awalnya dokumen yang dikantongi izin untuk pembukaan lahan kelapa sawit.

Namun menurut Runaweri, hutan lembah Kebar masuk dalam wilayah hutan produksi konversi (HPK), sehingga bisa untuk pembukaan perkebunan Sawit, tetapi dalam perjalanannya karena mendapat protes dari berbagai pihak dan adanya penolakan masyarakat adat pemilik hak ulayat, sehingga PT BAPP beralih lagi ke perkebunan Jagung.

Bahkan kata Runaweri, dalam perjalanannya setelah dokumen izin perusahaan itu terbit dan diteliliti secara mendalam ternyata keadaan topografi alam disitu tidak mendukung, termasuk adanya komplain dari berbagai pihak sehingga mau tidak mau harus dihentikan.

"Jadi kalau dilihat dari topografinya lembah Kebar seperti pantat belanga, maka kalau ditanam Sawit sangat berdampak. Dalam artian Sawit itu akarnya menyerap air dan sangat berdampak besar ketika ada bencana alam maka masyarakat yang akan menjadi korban," ungkap Runaweri kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (13/6) lalu.

Lanjut Runaweri, kemudian kalau izin perkebunan Sawit melalui Bupati Tambrauw, akan tetapi dalam perjalanan masyarakat kembali menolak perkebunan Jagung.

Padahal kalau dilihat dari pikiran pemerintah bahwa perkebunan jagung untuk bisa membuka lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan kepada masyarakat setempat.

Oleh karena itu, Runaweri menerangkan bahwa dalam aturan Kehutanan terdapat 4 hal yang harus diperhatikan. Pertama, sudah habis masa berlaku izin perusahaan. Dua, sudah mencapai target. Tiga, dikembalikan perusahaan, dan empat, izin perusahaan dicabut oleh pemberi izin.

"Jadi kalau pendapat saya PT.BAPP kalau dituntut oleh masyarakat, maka empat hal diatas dilihat masuknya kemana, sebab kalau dikembalikan oleh perusahaan tidak mungkin, sebab perusahaan sudah rugi, maka pemberi izin yang mencabut izin perusahaan dimaksud," terang Runaweri.

Tambah dia, dalam pemberian izin untuk perkebunan oleh Bupati Tambrauw dan pelepasan kawasan hutan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. *


BACA JUGA

Pengadaan Speedboat Puskesmas Keliling Rp.2,1 Miliar, Mantan Kadis di Tambrauw Jadi Tersangka 

Selasa, 16 Maret 2021 | 02:41 WIB

Pimpinan DPRD Tambrauw Diduga 'Pecat' Aparat Kampung di Tambrauw

Sabtu, 22 Juni 2019 | 11:58 WIB

Pemuda Adat Tambrauw Minta Oknum Pencaplok Tandatangan Segera Minta Maaf

Selasa, 09 April 2019 | 04:45 WIB

Anggota DPR Ini Temui Banyak Masalah di Tambrauw

Rabu, 26 Desember 2018 | 05:58 WIB
TERKINI

Pj Ketua TP-PKK Puncak Jaya Hadiri Puncak Perayaan Hut Dekranas dan HKG di Solo

21 Jam yang lalu

Tahun Ini Pemprov Papua Tengah Bangun Perpanjangan Landasan Bandara Baru Nabire

1 Hari yang lalu

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Mulai Dibuka, Menteri PANRB Ingatkan Hal Ini

1 Hari yang lalu

Paulus Waterpauw Dinantikan, Dewan Adat Sarmi: Suara Akan Kami Bungkus Untuknya

1 Hari yang lalu

KPK Kembalikan 90 Unit Mobil yang sebelumnya Ditarik dari Mantan Anggota DPR Papua

1 Hari yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com