Festival Teluk Humboldt, Upaya Menjaga Identitas Asli Port Numbay
JAYAPURA-Festival Teluk Humboldt Ke-11 tahun 2019 yang digelar di Pantai Hamadi, Kota Jayapura resmi dibuka oleh Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani bersama Walikota Jayapura, benhur Tomi Mano, Senin (5/8) petang.
Walikota Jayapura, Benhur Tomi Mano, mengungkapkan, masyarakat Kota Jayapura terdiri dari 5 Distrik dengan 25 kelurahan dan 14 kampung yang di diami oleh masyarakat adat. Namun dalam perkembangan kota yang semakin maju, masyarakat asli Port Numbay mulai termarjinalkan, sehingga mulai nilai-nilai budaya ikut tergusur.
“ Dalam perkembangan kota ini, masyarakat adat di 14 kampung mulai termarjinal, mulai terpinggirkan. Oleh karena itu, melalui festival teluk humboldt tahun ini, kita ingin mengangkat kembali masyarakat adat Port Numbay. Kita ingin setiap pembangunan yang dilakukan di kota ini tidak berbenturan dengan budaya masyarakat pemilik negeri ini,” kata Benhur Tomi Mano dalam pembukaan Festival Teluk Humboldt Ke-11 tahun 2019 yang digelar di Pantai Hamadi, Senin (5/8) petang.
BTM mengaku, Festival yang mengusung tema Mencintai Identitasku “ Loving My Identity” bertujuan untuk menjaga identitas asli Port Numbay.
“Kami ingin menunjukan identitas sebagai masyarakat asli pemilik negeri tanah ini. Ada tarian, nyanyian, kuliner, dan sovenir khas dari kampung-kampung kami. Ini yang akan kami tampilkan dalam festival ini agar semua orang mengetahui bahwa budaya kami masih terjaga dengan baik,” terangnya.
Sementara itu, Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, mengaku takjub dengan potensi budaya di Papua karena setiap suku memiliki budaya yang berbeda. Namun kata Rizky, pihaknya belum menemukan potensi-potensi itu disimpan dalam satu lokasi yang dapat dilihat oleh wisatawan saat berkunjung ke Papua.
“ Saya dengar Papua ini sangat banyak potensi budayanya, tapi semua itu belum bisa kita lihat dalam satu tempat. Untuk itu, kami mengusulkan kepada Kota Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua supaya ada museum etnologi di Kota Jayapura. Dengan demikian maka setiap wisatawan datang kesini, mereka bisa melihat kekayaan budaya Papua itu,” ujarnya.
“Dengan kahadiran museum itu, maka akan menunjukan Kota Jayapura sebagai kota multi etnik dan multi culture, supaya potensi budaya Papua ini tidak dibawa dan dipamerkan di Jakarta. Dengan begitu, kalau ada yang ingin melihat budaya Papua, maka ia harus datang ke Kota Jayapura,” bebernya.
Rizki Handayani juga meminta agar Festival Teluk Humboldt terus berlangsung terus setiap tahun dan memiliki dampak pelestarian budaya lokal yang berkelanjutan.
“Kalau pelestarian berarti tidak hanya itu-itu saja, tapi harus berkembang. Setiap tahun harus memiliki kreativitas baru, kualitasnya terus dikembangkan dan waktunya tidak boleh berubah,”ucapnya.
Selain itu, harus ada komitmen dari CEO atau kepala daerah untuk melaksanakan festival secara berkelanjutan. “ Walaupun pemimpin berubah-ubah, tapi harus ada komitmen dari kepala daerah sehingga festival ini dilakukan berkelanjutan dan bisa dipromosikan. Dan berikutnya adalah festival harus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal,” tandasnya.*