Keluarga Terduga Teroris Dikenal Tertutup dan Jarang Bersosialisasi
SENTANI -Ketua RT Perumahan Grand Doyo, Andy Trikora, mengaku bahwa warga setempat kaget dengan penangakapan terduga teroris tersebut, karena selama ini warga tidak menduga jika ada teroris yang tinggal di kompleks mereka.
“ Tadi pagi waktu penangkapan terduga teroris yang tinggal di jalur 9 itu kami kaget. Selama ini kita kan hanya lihat di TV, tapi sekarang kita lihat nyata,” katanya kepada wartawan, Kamis (5/12) sore.
Andy mengaku bahwa terduga teroris bernama KW (35) baru tinggal di perumahan tersebut sekitar enam bulan terakhir. Dan sehari-harinya pelaku diketahui bekerja sebagai perjual es merah dan pedagang ayam geprek.
“ Awalnya di rumah kontrakan tersebut mereka tinggal dua keluarga yaitu suami istri bersama mertuanya. Mereka sudah enam bulan di rumah itu, namum mertuanya bersama istri dan anak sudah pindah dan kami tidak tau pindah kemana. Jadi saat ini dia tinggal sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut kata Andy, awal keluarga ini tinggal di perumahan grand doyo, keluarga ini membuka pengajian bagi anak-anak kompleks, namun dalam ajarannya anak-anak dilarang untuk melakukan hal-hal tertentu.
“ Waktu dia membuka pengajian jadi anak saya ikut, tapi anak saya mengaku bahwa mereka diajarkan tidak boleh maulid. Tapi saya bilang anak saya jangan dengar nak, dengar mama saja, kita dilarang wuduh, itu sebenarnya tidak apa-apa nak, Selama anak kami mengaji ditempat terduga teroris itu, ada beberapa larangan yang disampaikan kepada anak-anak kami yang tidak boleh melakukan beberapa ajaran agama,”ujarnya..
Ia menambahkan, bahwa sejak tinggal dirumah tersebut, pelaku dan keluarganya kurang terbuka untuk bersosialisasi dengan warga di sekitar kompleks perumahan tersebut. “Selama tinggal di rumah itu, mereka ini tidak bergaul sama tetangga, tapi pengakuan sebagian warga mereka ramah juga sih,” ucapnya.
Sementara itu, Nicolaus Ruru salah satu tetangga mengaku, bahwa sejak tinggal di jalur 9 perumahan grand doyo, mereka belum pernah megetahui nama asli dari terduga teroris tersebut.
“ Kita tidak tau nama aslinya, selama ini kita panggil dengan Pa De penjual es. Dia sering main dengan anak kecil, sementara dengan orang dewasa jarang ngobrol. Paling hanya bertegur sapa dan masuk lagi ke dalam rumah,” terangnya.
Nico mengaku, sering melihat sang terduga teroris menerima tamu dari sesama pedagang keliling. “ Kalo orang kompleks sini jarang ke rumahnya karena selalu ditutup. Dia hanya menerima tamu dari sesama penjual es, bakso, dan penjahit sepatu. Mereka biasanya datang pagi dan malam,” bebernya.
Ia menambahkan, terduga pelaku juag dikenal sering berpindah-pindah tempat tinggal. “ Kita kaget juga kalau dia ditangkap, kita tidak tau kalau dia ini adalah terduga teroris,” ujarnya.*