MENU TUTUP

Lima Suku Adat di Kabupaten Fak-Fak Tuntut Ganti Rugi Hak Ulayat  Pembangunan Bandara Udara Siboru

Kamis, 04 Juni 2020 | 12:24 WIB / Cholid
Lima Suku Adat di Kabupaten Fak-Fak Tuntut Ganti Rugi Hak Ulayat  Pembangunan Bandara Udara Siboru Surat permohonan pembayaran ganti rugi hak ulayat tanah adat untuk pembangunan Bandara Udara Siboru/Istimewa

JAYAPURA,wartaplus.com - Lima suku adat di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat menuntut ganti rugi hak ulayat sebenar Rp. 105 milliar kepada pemerintah setempat terkait pembangunan bandara udara Siboru diatas tanah seluas 70 hektar.

Kuasa Hukum dari perwakilan lima suku, DR Pieter Ell SH menjelaskan permohonan ganti rugi lahan seluas seluas 70 hektar guna proses pembangunan bandar udara di Kbaupaten Fak-Fak sudah tertuang dalam surat permohonan nonmor 01/SK/Tim/V/2020  kepada pemerintah daerah Fak-fak.

“Masyarakat disana meminta untuk proses pengerjaan bandara yang saat ini sedang berjalan segera dihentikan lantaran penyelesaian hak ulayat belum terselesaikan oleh pemerintah setempat. Bahkan kami sudah menyurat secara resmi kepada pemda,”cetusnya ketika dikonfirmasi, Kamis (4/6) siang.

 Menutur Pieter Ell, pembayaran pernah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, namun dana tersebut tidak tepat sasaran yang artinya uang itu dibayarkan hanya kepada salah satu marga yang notabenya sebenarnya lahan tersebut dimiliki lima suku (marga red).

“Tahap pertama sudah dilakukan pembayaran sebesar Rp 26 miliar kepada salah satu marga, dan pembayaran itu tanpa sepengetahuan empat suku atau marga pemilik hak ulayat, bahkan uang tersebut tidak jelas digunakan untuk apa,”cetusnya.

Dikatakan, lima pemilik hak ulayat yakni marga Uss, Pattipi, Patiran, Amor/Komor, dan Hombore meminta agar proses penyelesaian hak ulayat segera di selesaikan oleh pemerintah setempat.

“Sudah pernah dilakukan pertemuan namun tidak ada penyelesaian, sementara saat ini proses pembangunan sedang berjalan, dan klaien kami memeinta untuk semua jenis pekerjaan dihentikan sampai dengan adanya penyelesaian oleh pemerintah,” ungkapnya.

Apabila nantinya proses pekerjaan bandar udara tetap berjalan, namun proses penyelesaian sengketa belum terselesaikan, menurut Pieter pihaknya akan menempuh jalur hukum yang berlaku.

“Jika tidak ada pembayaran ganti rugi kepada pemilik hak ulayat, maka kami akan menempuh proses hukum dan selama proses hukum berlangsung maka semuan aktivitas diatas lokasi tanah adat dihentikan sampai ada keputusan hukum tetap,”tegasnya.*


BACA JUGA

Penyerahan Hak Tanah Ulayat kepada PT. Murni Nusantara Mandiri dari Masyarakat Adat se Distrik Jagebob

Selasa, 25 Februari 2025 | 06:56 WIB

Pieter Ell dan Rekan lakukan Hattrick, Menangkan KPU Fakfak 2 Periode di MK

Rabu, 05 Februari 2025 | 15:08 WIB

Sengketa Pilkada Fakfak di MK, Pieter Ell Bantah Tuduhan Pasangan Utayoh

Jumat, 24 Januari 2025 | 14:41 WIB

KPU Fak-Fak Tunjuk Kantor Hukum Dr.Pieter Ell dan Rekan Hadapi Sengketa Pilkada di MK

Senin, 13 Januari 2025 | 23:43 WIB

Dr.Pieter Ell Ditunjuk Dampingi Yo-Join, Paslon Terpilih Pilkada Teluk Bintuni Hadapi Gugatan di MK

Kamis, 09 Januari 2025 | 15:44 WIB
TERKINI

Sertijab Dandim 1701/Jayapura dari Kolonel Inf Henry Widodo kepada Letkol Inf Taufik Hidayat

1 Jam yang lalu

Senyum di Pantai Hecnuk, Harapan Damai di Muara Tami

1 Jam yang lalu

Dari Pantai Hecnuk ke Muara Tami, Satgas Humas Ops Damai Cartenz-2025 Tunjukkan Wajah Humanis Polri

2 Jam yang lalu

Satgas Ops Damai Cartenz-2025 Lumpuhkan Dua KKB Pelaku Pembunuhan Josep Agus Lepa

9 Jam yang lalu

Syukuran HUT ke-62 Kodam Cenderawasih Digelar Sederhana Namun Meriah

13 Jam yang lalu
Kontak Informasi wartaplus.com
Redaksi: wartaplus.media[at]gmail.com