Gubernur Papua Akui Pernah Dilarang Berkomunikasi dengan Para Pemimpin Gereja
JAYAPURA, wartaplus.com - Sebanyak 32 tokoh gereja dari berbagai denominasi gereja di Tanah Papua menjenguk Gubernur Papua, Lukas Enembe kediaman pribadinya di kawasan Koya, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Selasa (04/10).
Tokoh-tokoh gereja ini diantaranya Ketua Sinode, pengurus sinode dan perwakilan Keuskupan Jayapura yang menjadi anggota Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP).
Mereka datang berkunjung ke kediaman gubernur untuk melihat kondisi Gubernur Enembe dan memberikan dukungan moral kepada Enembe yang sedang menghadapi tuduhan gratifikasi hingga korupsi oleh KPK.
Meski belum bisa berbicara secara jelas dan berjalan normal, Gubernur Enembe menerima 32 tokoh dan pemimpin gereja ini untuk menyampaikan kondisi terkini kesehatannya.
"Saya masih belum bisa bicara jelas dan jalan normal. Kalau berdiri juga masih sakit dan tidak bisa lama," kata Gubernur Enembe setelah mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin dan tokoh gereja ini.
Ia sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kedatangan para pemimpin gereja untuk memberikan semangat kepadanya agar cepat pulih dari sakitnya.
Para pemimpin gereja ini berkesempatan berdialog dengan Enembe. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh para pemimpin gereja, termasuk mengenai tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Secara tegas Gubernur Papua dua periode ini pun memberikan penjelasan bahwa tuduhan yang dialamatkan padanya sudah berlangsung sejak tahun 2017. Dimana ia pernah hendak dijebak dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Jakarta, hendak dicelakai hingga dibuntuti kemana-mana. Hendak berobat pun ia kerap dihalang-halangi.
"Pernah sekali saya mau berobat, nama saya hilang dari manifesto penerbangan," aku Enembe.
Lebih menyedihkan lagi, ia diminta untuk tidak berhubungan dengan beberapa pemimpin gereja (Ketua Sinode) di Tanah Papua.
"Saya bilang tidak bisa. Mereka pemimpin gereja dan saya pemimpin wilayah yang mayoritasnya beragama Kristen. Saya pasti akan sering bertemu mereka dan umat Kristen. Bagaimana saya dilarang berkomunikasi dengan mereka?" aku Enembe.
Bersimpati
Para pemimpin gereja ini bersimpati atas apa yang dialami oleh Gubernur Papua. Mereka sepakat bahwa Enembe seharusnya menjalani perawatan hingga sembuh sebelum menjalani pemeriksaan atas sangkaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diberikan kepadanya.
"Kami datang untuk melihat kondisi beliau (Gubernur) secara langsung. Dan memang kami lihat beliau dalam keadaan sakit dan sedang menjalani perawatan dokter. Kita berharap sebenarnya beliau bisa berobat ke Singapura. Tetapi beliau sudah menyampaikan bahwa beliau sudah dilarang berobat ke Singapura," ujar Ketua Sinode GKI Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu.
Sementara Ketua umum PGGP Provinsi Papua, Pdt Hiskia Rollo mengatakan gereja belum memberikan pandangan dan pendapat selama ini tentang persoalan yang dihadapi oleh Gubernur Enembe karena belum bertemu secara langsung dan mendengarkan langsung dari Enembe.
"Kami belum mengeluarkan sikap, karena kami belum mendengar informasi seperti ini (yang disampaikan langsung oleh Gubernur Enembe). Jangan sampai kami pernyataan yang kami keluarkan berbeda dengan kenyataan lapangan," kata Pendeta Rollo.
Ia menegaskan, setelah melihat dan mendengarkan langsung, PGGP akan segera mengeluarkan sikap gereja.
Pastor Konstatinus Bahang OFM yang mewakili Uskup Jayapura mengatakan mendapatkan keadilan hanya bisa didapatkan melalui proses yang adil juga.
"Orang tidak dalam keadaan normal, tidak dalam keeadaan sehat, tidak dalam keadaan siap dalam menghadapi tekanan dalam pengadilan. Sehingga yang pertama-tama harus diperjuangkan adalah kesehatan (Gubernur Enembe). Sehingga keadilan yang didapatkan itu akan seadil-adilnya untuk memperjuangkan martabat manusia itu sendiri, dalam hal ini Gubernur Papua," kata Pastor Bahang.
Usai berdialog dengan Gubernur Enembe, para Ketua Sinode, pengurus Sinode dan perwakilan Keuskupan Jayapura bersama-sama mendoakan Gubernur Papua sebelum mengakhiri kunjungan mereka.**