Pieter Ell dan Samuel Rizal Warnai Film Layar Lebar Tentang Toleransi Keagamaan di Papua
JAYAPURA,wartaplus.com - Pengacara Kondang di Papua Pieter Ell kembali membintangi film layar lebar Tanah Air. Film layar lebar yang dibintangi Pieter Ell dan Samuel Rizal Arifin disutradarai Sineas Irham Acho Bahtiar.
Film yang bertajuk Satu Tungku Tiga Batu menggambarkan wujud toleransi beragama di Kota Fak-fak.
Pieter Ell menjelaskan film Satu Tungku Tiga Batu menggambarkan moderasi beragama yang selalu mewarnai kehidupan masyarakat di daerah yang kerap dijuluki Kota Pala tersebut.
"Ini film yang penuh tantangan dann mengasyikkan, karena banyak kisah nyata kehidupan masyarakat yang diangkat. Di samping itu juga Kota Fak-fak yang eksotik seperti di Brasil- naik gunung, turun juga ketemu gunung hahaa," ucapnya saat diwawancarai, Jumat (3/10) siang.
Pieter yang juga dikenal sebagai seorang advokat, dosen dan kurator ini mengaku bangga bisa ikut membintangi film tersebut.
"Ceritanya menarik dan benar-benar menggambarkan ke-Indonesiaan yang kental," tambah pria yang selama ini dikenal telah banyak membintangi film, baik di layar lebar maupun layar kaca ini.
Dalam film yang menjadi kado ulang tahun Kabupaten Fakfak ke-123 pada November mendatang ini, Pieter berperan sebagai pendeta yang berjumpa dengan Idris (diperankan oleh Samuel Rizal) bergotong royong membangun tempat ibadah.
"Lokasi syuting di Papua Barat dengan banyak spot wisata. Kita bisa melihat toleransi di daerah tersebut sangat kental, di mana warganya saling menghargai dalam perbedaan,"terang Pieter lagi.
Dia juga menceritakan, proses syuting berjalan baik, meski bisa dilakukan sampai subuh.
"Saya juga kagum dengan warga Fakfak yang banyak dilibatkan dalam pembuatan film tersebut 95% pemainya. Ternyata, kemampuan akting mereka sudah bagus, karena saat audisi yang daftar 200 orang puji Pieter.
Ditanya soal tandemnya, Samuel Rizal, Pieter mengatakan, dia mampu menjiwai film ini sehingga akting-aktingnya terasa hidup. "Samuel aktor yang profesional dan mendalami betul karakter yang ia mainkan," tukasnya.
Ditambahkannya, film Satu Tungku Tiga Batu ini merupakan wujud cinta kasih dan pelestarian adat serta budaya sesuai filosofi hidup di Fakfak, yakni, Idu Idu Maninina Jojor.
Pieter menuturkan, film berkisah tentang moderasi beragama dan memiliki makna agar segala perbedaan agama maupun budaya di negeri ini dan juga di kancah global dapat dimaknai secara positif sebagai karunia Tuhan dan keniscayaan sejarah.
"Semoga film ini bisa diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan dunia internasional. Sangat layak untuk ditonton dan mengandung nilai-nilai persatuan serta persahabatan sejati sebagai sesama ciptaanTuhan,"pungkasnya. Rencananya, dalam waktu dekat ini film tersebut akan dirilis ke publik. *