Tenaga Analis Kesehatan di Papua Diminta Ikut Sukseskan PON 2020
JAYAPURA -Para tenaga microsphis, analis dan laboratorium di unit pelayanan kesehatan di Papua diminta untuk turut serta mengambil peran guna menyukseskan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Provinsi Papua.
Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes saat membuka Pelatihan Mikrosopis Tenaga Analisis/Labarotorium yag digelar Perdhaki Jayapura khusus tentang malaria di Balai Latihan Tenaga Kesehatan (Balatkes) Provinsi Papua, Padang Bulan, Senin (13/5)
"Tugas kita bersama adalah ikut menyukseskan agenda PON khusus di bidang kesehatan. Ada satu syarat bahwa minimal enam bulan sebelum PON, daerah yang ada venue PON harus bebas dari malaria. Mari kita kerja keras. Saya minta Januari harus sudah sampaikan ke saya biar saya sampaikan ke PB PON," pinta Aloysius
Menurutnya, Dinas Kesehatan harus memberi jaminan bahwa semua yang datang, baik itu atlit, pelatih official aman dari malaria
Di kesempatan itu, Aloysius juga meminta agar penanganan Malaria di Papua makin maju. Hal itu, tentu saja didukung juga oleh kualitas SDM analis laboratorium.
"Tapi ingat, alat harus dikalibrasi. Kadang alat bodohi kita. Kadang kita periksa malaria di UPK ini tidak ada, nanti periksa di UPK lain ada. Mikrosopnya mungkin sudah rusak ka. Jadi sekali lagi alat harus dikalibrasi. Selain, manusianya terampil untuk menggunakan alat itu," katanya.
Ketua Panitia Pelatihan Dorkas Dona, SKM mengatakan, sebanyak 17 analis hadir dalam pelatihan berasal dari sejumlah unit pelayanan kesehatan di Jayapupra, Timika, Nabire, Merauke, Asmat, Keppi, dan Bouven Digoel.
"Kami pada prinsipnya mendukung PON dan kami berharap pemerintah bisa membantu menyediakan tenaga analis yang terlatih," katanya
Sementara itu, di tempat yang sama, Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB dan Malaria (ATM) pada Dinas Kesehatan Papua, dr. Beeri Wopari mengatakan pihaknya terus memperkuat kabupaten yang menjadi tuan rumah PON seperti Jayapura, Keerom, Merauke, Timika, dan Biak.
"Pada prinsipnya, pengendalian malaria tidak ada kiat-kiat baru. Yang paling penting respon dan gerak cepat kabupaten yang jadi tuan rumah PON. Untuk kabupaten yang kasus malarianya tinggi, kita butuh perhatian serius kepala daerah, tidak bisa hanya harapkan Dinas Kesehatan semata," katanya.